
Kalangan ekonom hingga pejabat publik kerap meramalkan potensi resesi pada 2023 bisa semakin nyata.
Beberapa diantara mereka menyatakan kondisi perekonomian tahun depan akan gelap, terutama dipengaruhi tingginya tensi konflik geopolitik, masih tingginya inflasi, hingga agresifnya bank sentral di berbagai negara mengetatkan kebijakan moneternya.
Dengan sejumlah potensi ancaman krisis itu, kantong masyarakat turut terancam, karena resesi kerap kali berpotensi mengikis pendapatan masyarakat.
Perencana keuangan dari Associate Wealth Planner Syariah (AWP Syariah) Himawan Adhi, memberikan tips mengelola keuangan saat menghadapi resesi agar tidak jatuh miskin.
Himawan mengatakan, jurus pertama dalam mengelola keuangan itu dengan terlebih dahulu mempersiapkan dana darurat. Sekalipun terlambat, keberadaan dana darurat sangatlah penting. Bisa didapatkan dengan menyisihkan pendapatan reguler atau mencari kerja sampingan.
"Kalau mau buat dana darurat sebesar persiapan dana hidup untuk 3-6 bulan, dan sekarang itu hitungannya gak cukup 2,5 tahun, jadi usahakan 6-24 kali dari pengeluaran rata-rata keluarga, misal sebulan 5-10 juta itu dikali 6 sampai 24 kali, disimpan di rekening yang mudah diakses, jangan tergoda, digunakan untuk kita bertahan," jelasnya.
Kedua adalah persiapkan dana likuiditas, sebanyak 15% dari kekayaan bersih. Dana ini akan memiliki dua manfaat, yaitu cadangan ketika dana darurat kurang dan peluang untuk berinvestasi.
"Dana likuiditas ini bisa digunakan, dan ini bisa digunakan untuk kesempatan yang tidak datang dua kali dan kita bisa eksekusinya, misal kayak cerita teman saya yang tiba-tiba ditelpon sama orang yang dulu pas pandemi nawarin propertinya Rp 1,5 miliar, terus dia ditelpon lagi, ditawarin sesuai dengan harga yang dulu dia minta Rp 800 Juta, setengah dari harga aslinya. Dia langsung ngurus akta jual beli," papar Himawan.
Tips ketiga adalah diversifikasi kekayaan. Bagi yang memiliki tabungan Rp 20 juta maka bisa tempatkan dana pada logam mulia sebanyak 40%, valuta asing seperti dolar AS 30% dan rupiah 15% serta sisanya uang tunai.
Akan tetapi pilihan investasi ini berbeda apabila dana nganggur yang dimiliki jauh lebih besar. Himawan mengambil contoh dana sebesar Rp 10 miliar. Maka pilihannya bisa ditujukan salah satunya ke properti.
"40% persen properti, 25% investasi, 20% logam mulia, 15% uang tunai," ujarnya
Keempat yaitu melunasi utang secepat mungkin, seperti Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Hal ini mengingat bunga kredit ke depan akan meningkat seiring pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral.
Kelima, persiapkan asuransi. "Kalau nanti terjadi stres, sakit, nggak harus ambil dari saldo mereka untuk kebutuhan bulanan kan, ini contoh saja asuransi bisa bantu juga," papar Himawan.