
Sama seperti Google, algoritma milik YouTube juga terus berubah dan diperbarui. Hal itu karena semakin banyaknya pengguna YouTube, sehingga formula yang dibutuhkan untuk menjaga kualitas konten juga lebih kompleks.
Supaya kita bisa memahami lebih dalam tentang algoritma YouTube, mari kita flashback algoritma dari waktu ke waktu.
Jumlah Klik: 2005-2012
Pada awalnya, YouTube hanya melihat dari jumlah klik atau total tampilan per video. Semakin banyak views, maka videonya akan semakin naik. Namun, sistem ini masih menimbulkan masalah. Karena ternyata banyak kreator yang membuat judul clickbait dan tidak sesuai konteks.
Alhasil, banyak penonton yang merasa tertipu oleh judul. Banyak konten yang jumlah klik videonya memang tinggi, tetapi durasi jam tayangnya sangat rendah.
Durasi View: 2012
Belajar dari pengalaman, YouTube mengubah sistemnya menjadi lamanya durasi view oleh pemirsa. Jadi, video dengan clickbait pastinya akan tersingkir oleh seleksi alam. Sebaliknya, konten berkualitas tentunya akan ditonton lebih lama (tidak di-skip).
Dengan begitu, secara alami YouTube tahu mana konten yang masuk kategori rekomendasi dan strategis untuk dipasangi iklan.
Algoritma: 2016
Gebrakan baru dilakukan oleh YouTube dengan merilis sistem pemecahan masalah. Sistem algoritma ini secara otomatis melacak kepuasan viewers dan menampilkan video rekomendasi.
Jadi, tiap pemirsa yang menonton satu video tertentu, akan direkomendasikan video-video lain yang sesuai/relevan. Sama juga dengan personalisasi beranda dengan mencocokkan histori pencarian, komentar, dll.
Peraturan Pedoman Komunitas: 2016-2020
Tingginya aktivitas monetisasi atau ads di YouTube, membuat pengguna platform ini semakin membeludak. Karenanya YouTube mengeluarkan peraturan pedoman komunitas, agar Anda lebih bijak saat menggunakan YouTube Dashboard Monetisasi.
Hal ini bertujuan untuk membatasi konten yang tidak pantas, berbahaya, atau menyesatkan. Misalnya, video yang menyinggung SARA, hoax, hal sadis, dan lain sebagainya.
Jika ada video yang terbukti berisi hal-hal tersebut, maka YouTube tak segan melakukan demonetisasi, meskipun channel Anda sudah banyak subscriber-nya. Seperti pada tahun 2020, YouTube menghapus sekitar 7,87 juta video yang dianggap tidak mematuhi pedoman komunitas.
Di samping itu, sistem ini juga lebih membantu brand untuk beriklan di video yang “aman”. Namun, algoritma YouTube tidak berhenti sampai di sana. Karena sistem ini terus dikembangkan, maka tidak heran jika di kemudian hari akan ada algoritma-algoritma baru.
Algoritma YouTube Terbaru: 2021
Di tahun 2021, YouTube tidak mengubah terlalu banyak algoritmanya. Anda masih bisa berpegangan pada bagian cara kerja algoritma YouTube dan juga mempertimbangkan peraturan pedoman komunitas. Yang perlu Anda perhatikan adalah keterlibatan viewers seperti, like, dislike, subscribe, dll.
YouTube akan memantau tingkat engagement tersebut pada 3×24 jam pertama setelah video di-upload. Inilah yang akan menentukan, apakah video Anda layak masuk trend atau tidak.
Selain itu, jika Anda membuat konten anak-anak, baik animasi, kartun, dll, perlu diperhatikan bahwa YouTube sudah tidak lagi memberlakukan monetisasi pada konten anak-anak.
Semenjak kasus pelanggaran Undang-Undang Privasi Anak pada 2019 lalu, yang berakibat YouTube harus membayar denda sebesar 170 juta dolar AS ke Komisi Perdagangan Federal AS.
Alternatifnya, Anda bisa meng-upload konten anak-anak di YouTube Kids, yang memang membuka ads dengan sasaran anak-anak.