
Mengapa sebagian hewan memiliki ekor? Apa fungsi ekor pada hewan tersebut? Apakah hewan yang tidak memiliki ekor mempunyai kekurangan dari hewan yang memiliki ekor?
Kita hanya akan membahas hewan vertebrata saja, karena akan lebih simpel dan vertebrata biasanya gambaran umum ketika orang-orang disuruh menyebutkan "hewan".
Selain itu, karena invertebrata bentuknya lebih "absurd" dibanding vertebrata. Gurita, ubur-ubur, spons, bintang laut, siput, kecoak, kupu-kupu, laba-laba, tidak ada satu pun yang punya ekor.
Untuk mengetahui kenapa banyak hewan yang memiliki ekor, kita harus telusuri sejarah perkembangan vertebrata lebih dulu. Kita mundur ke masa 550 juta tahun silam pada Periode Kambrian, ketika hewan pertama yang "menyerupai" hewan bertulang belakang adalah Pikaia.
Hewan bernama Pikaia ini sepintas seperti gabungan cacing, belut, dan siput. Mereka adalah salah satu hewan pertama dengan notokord, atau bisa dikatakan sebagai pelopor tulang belakang primitif. Mereka juga sudah memiliki bagian tubuh yang disebut ekor.
Pikaia rupanya cukup sukses karena keberadaan ekor membuatnya bisa berenang relatif cepat untuk mengejar mangsa dan menghindari predator. Kekurangannya terletak pada notokord-nya yang masih cukup lunak, sehingga tidak memberi kekuatan lokomosi yang lebih. Akhirnya, muncullah hewan yang lebih modern.
Myllokunmingia, ukurannya lebih pendek dari Pikaia, tapi memiliki notokord yang lebih kaku, sehingga pergerakannya lebih terkontrol dan secara proporsional lebih cepat. Rancang bangun seperti ini sukses, dan akhirnya berevolusi menjadi bentuk yang kita kenal, yaitu kelas Pisces, yang berkembang pada Periode Silurian, lebih dari 400 juta tahun lalu.
Arandaspis adalah salah satu ikan pertama, yang praktis belum memiliki sirip dan rahang. Mulutnya terus-terusan terbuka untuk menyaring makanan kecil, dan sebagai tempat lewat air yang diambil oksigen untuk insangnya. Dan Arandaspis bergerak dengan ekor, yang sepintas mirip ekor kecebong.
Bangun tubuh ini dipertahankan oleh evolusi, dan insang ikan akhirnya beradaptasi membentuk rahang serta perisai kepala. Cephalaspis adalah ikan yang agak lebih familiar, karena ia sudah punya sirip dada, dan ekornya jelas terlihat. Ini membuat mobilitasnya semakin cepat.
Ketika amfibi berevolusi, amfibi awal adalah amfibi besar yang masih mempertahankan ekor, karena ekor masih penting sebagai penggerak ketika berada di air, yang menentukan hidup-mati si amfibi.
Baru berjuta-juta tahun kemudian, ketika amfibi beradaptasi dengan kehidupan darat, ordo Anura (katak dan kodok) berkembang. Fase dewasa ordo ini tidak berekor—mereka menggunakan kaki yang kuat untuk bergerak—namun fase larvanya masih berekor, karena penting untuk mobilitas di air.
Ekor tetap dipertahankan pada reptilia, burung, dan mamalia, meskipun ukuran ekor secara proporsional menyusut pada mamalia dan burung. Ini karena reptil masih menggunakan ekor sebagai lokomosi atau pergerakan (misalnya buaya, kadal, dan banyak ular menggunakan ekor untuk mencengkeram pohon).
Sementara itu, tulang ekor burung menyusut menjadi tulang yang disebut pygostyle, cukup untuk menopang ekor pendek berbulu yang masih ada gunanya, yaitu menyeimbangkan tubuh burung dan mengatur arah belok. Pada beberapa burung, seperti merak, ekor ini digunakan sebagai daya tarik seksual.
Pada mamalia, karena fungsi lokomosi telah digantikan oleh empat tungkai, ekor tidak lagi berperan sebagai alat pergerakan, namun tetap ada, dan biasanya digunakan untuk diayun-ayunkan sebagai petunjuk suasana hati (misalnya anjing gembira jika menggoyang-goyangkan ekor) atau untuk mengusir serangga.
Beberapa mamalia arboreal (yang hidup di pepohonan) masih memiliki ekor panjang dan tebal sebagai "tungkai kelima". Misalnya pada monyet laba-laba.
Beberapa mamalia pelari cepat juga memiliki ekor panjang untuk membantu agar mereka dapat berbelok cepat dan mendadak ketika mengejar mangsa. Contohnya cheetah.
Tergantung spesies hewannya, dari kelas mana pun ia, beberapa hewan mengembangkan ekornya menjadi sesuatu yang unik. Misalnya ular death adder, yang ekornya bisa mengecil secara tiba-tiba, dan tampak tidak proporsional dengan tubuhnya yang bongsor.
Ternyata, death adder adalah ular yang berburu dengan cara menunggu. Ketika ada mangsa terdeteksi oleh lidahnya, ia akan menggerak-gerakkan ujung ekornya, seakan-akan ekor itu adalah cacing atau ulat yang lezat untuk dimakan kadal atau tikus. Mangsa yang mendekati ekornya kemudian akan disergap secepat kilat oleh mulut bertaring si ular.
Jadi, fungsi utama keberadaan ekor hewan adalah lokomosi. Selebihnya merupakan fungsi tambahan. Ketika suatu kelompok hewan dapat sintas atau bertahan hidup tanpa menggunakan ekornya, maka gen ekor besar dan kuat tidak lagi diperlukan.
Tentu saja hewan yang memiliki ekor mendapat keuntungan dari ekornya, dan hewan yang tidak punya ekor tidak mengalami kerugian karena fungsi ekornya telah digantikan oleh anggota tubuhnya yang lain.