Asal Usul Manusia Berdasarkan Perspektif Jawa


Ada dua pengaruh yang mempengaruhi sastra Jawa klasik. Pertama, pengaruh India lebih dulu datang, dan yang kedua yaitu Islam. Penelitian ini mengatakan ‘pengaruh’, karena mereka berasal dari luar budaya Jawa, yaitu dari India dan Arab. Namun, kedua pengaruh tersebut bercampur dan membuat identitas orang Jawa menjadi unik.

Asal usul manusia yang tertulis dalam Tantu Panggelaran menunjukkan bahwa ada pengaruh kuat dari Hindu. Manusia selalu berhubungan dengan Tuhan, seperti Bathara Guru dan Bathara Wisnu. Mereka diciptakan oleh Dewa, yang juga menjadi Raja dan mengirim Raja ke Pulau Jawa. Asal usul manusia yang ditampilkan dalam Layang Anbiya’ dan Sejarah Anbiya menyampaikan cerita yang berhubungan dengan Islam (Geertz, 1989).

Asal usul manusia dijelaskan berdasarkan Al-Quran, dan tidak terkait dengan Dewa dan kepercayaan Jawa. Kisah Nabi Adam tidak pernah menyebutkan mengenai Sang Yang Wening, Sang Yang Tunggal, dan Bathara Guru dalam kaitannya dengan Adam.

Pengaruh ketiga adalah dari percampuran antara Hindu dan Islam. Serat Kandha dan Paramayoga mencampurkan kepercayaan Jawa dengan Islam termasuk Babad Tanah Jawi (Poerbatjaraka, 1952). Namun, ketiga literatur tersebut menempatkan Islam di tempat pertama. 

Menurut Babad Tanah Jawi, Sang Yang Wening adalah Dewa dari keturunan kelima Adam. Sedangkan dalam pantheon, Dewa dalam agama Hindu, Sang Yang Wening adalah Dewa Para Dewa. 

Sama halnya dengan Paramayoga, Manikmaya atau Sang Yang Wenang yang jahat adalah keturunan Adam. Sebaliknya, Manikmaya atau Bathara Guru dicirikan sebagai Raja yang tampan dan baik dalam agama Hindu.

Sastra Jawa yang menjelaskan asal usul manusia menunjukkan dua versi yang memiliki perbedaan yang tegas. Setiap versi didukung oleh latar belakang agama yang berbeda. Versi pertama dari literatur Jawa kuno dan menunjukkan bahwa ada pengaruh kuat dari Hindu. Asal usul manusia dijelaskan berdasarkan pantheon kedewaan. 

Sedangkan versi kedua, yang lahir dari pengaruh Islam, menunjukkan bahwa Islam ditempatkan di urutan pertama. Dewa dalam agama Hindu berada di bawah keagungan Nabi Adam.

Perbedaan-perbedaan yang muncul di atas tidak perlu diselidiki untuk mengungkap mana yang benar. Semua versi memiliki referensi dan keyakinan berbeda, yang kebenarannya berkaitan dengan keyakinan individu. 

Teori asal usul manusia berdasarkan sastra dengan latar belakang agama yang berbeda tidak hanya menarik, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, begitu banyak komunitas di Pulau Jawa bagian utara yang menggunakan tradisi macapatan. 

Macapatan adalah tradisi Jawa terbesar yang bisa dilihat di setiap pelosok Jawa. Di Jawa Tengah, macapatan merupakan bentuk penerapan sastra kerajaan kuno yang sejalan dengan nilai-nilai leluhur Jawa.

Terakhir, pandangan orang Jawa tentang asal usul manusia tidak perlu diperdebatkan karena kebenaran itu relatif. Kebenaran dalam karya sastra hanya diterapkan oleh mereka yang mendukung dan meyakini nilai-nilai tersebut, yang kemudian disebut sebagai kebenaran dalam seni, salah satu cara untuk menemukan kebenaran.