
Ashoka merupakan salah satu anak Kaisar Maurya kedua, Bindusara. Sumber di India Utara mengatakan bahwa ibu Ashoka merupakan salah satu selir bernama Subhadrangi, sementara sumber Sri Lanka mengatakan ibunya bernama Dharma.
Popularitas Ashoka dan kemampuannya dalam memimpin pasukan-pasukan Maurya membuat banyak saudaranya cemburu, terutama kakak tertuanya, Susima, yang khawatir tersingkir dari persaingan pewaris tahta.
Susima kemudian membujuk Bindusara untuk mengirim Ashoka ke Taxila, untuk meredam pemberontakan yang pada saat itu Susima adalah gubernurnya. Ashoka kemudian tiba di Taxila, dan ia malah disambut orang-orang di sana, sehingga pemberontakan diselesaikan tanpa pertumpahan darah. Pemberontakan ini tertulis dalam Ashokavadana, namun dalam tradisi Sri Lanka tidak disebutkan.
Keberhasilan Ashoka membuat saudara-saudaranya semakin tidak suka, dan menghasut Bindusara untuk mengasingkan Ashoka keluar dari Pataliputra dan mengembara hingga ke Kalingga.
Namun pemberontakan yang terjadi di Ujjain membuat Ashoka dipanggil kembali untuk meredam pemberontakan di sana. Walau kemudian berhasil mengalahkan pasukan pemberontak, Ashoka terluka dan dirawat oleh para bhiksu.
Mulai saat itu, Ashoka mulai tertarik dengan ajaran Buddha, dan bahkan menikahi Devi, seorang gadis beragama Buddha. Karena Maurya merupakan kekaisaran bercorak Hindu, Bindusara melarang Ashoka untuk kembali ke Pataliputra, dan menjadikan Ashoka sebagai gubernur Ujjain.
Beberapa tahun kemudian, Bindursara mangkat, sementara anak Ashoka hendak lahir. Berita hendak lahirnya putra Ashoka tersebut membuat Susima khawatir, dan mengirim orang untuk membunuh Devi, namun yang terbunuh justru ibunya. Melihat kematian ibunya, Ashoka murka dan berangkat ke Pataliputra, dan memenggal semua saudara laki-lakinya. Ashoka pun naik menjadi kaisar baru Maurya.
Dari sinilah sebutan Chandrashoka (Ashoka yang kejam) mulai melekat dalam dirinya, yang melakukan ekspansi wilayah besar-besaran dengan kekerasan. Ketika menyerbu Kalingga, Ashoka membawa pasukan terbesarnya dan menyerang Kalingga, beberapa sumber menyebut bahwa wanita dan anak-anak ikut dibunuh.
Namun invasi ke Kalingga membuat Ashoka sadar dan bertaubat, julukan Chandrashoka perlahan berganti menjadi Dharmashoka. Ashoka sendiri menghentikan ekspansi, dan lebih memilih membangun rumah-rumah ibadah. Pada masa inilah agama Buddha banyak menyebar, selain itu ada juga aturan soal pelarangan perburuan beberapa satwa yang dilindungi.