Ledakan senjata nuklir dapat menyebabkan kelaparan di seluruh dunia. Para ilmuwan mengatakan, ini hanya satu dari beberapa skenario horor 'neraka dunia' akibat penggunaan senjata nuklir.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Food, seperti dikutip Newsweek, para ilmuwan mempertimbangkan bagaimana jelaga yang dikeluarkan ke atmosfer sebagai akibat dari ledakan bom nuklir dapat menyebabkan kekurangan makanan massal.
Mereka memperkirakan jika jumlah jelaga yang memasuki atmosfer melebihi 5 Tg (atau sekitar 11 miliar pon), matahari akan terhalang total sehingga pertumbuhan tanaman akan sangat terpengaruh di hampir setiap negara.
Menurut makalah tersebut, perang nuklir antara India dan Pakistan dapat mengirim antara 5 dan 47 Tg jelaga ke stratosfer. Bahkan lebih dahsyat, perang nuklir Amerika Serikat (AS) dan Rusia dapat menghasilkan hingga 150 Tg jelaga, menyebabkan musim dingin nuklir.
"Penurunan cahaya, pendinginan global, dan kemungkinan pembatasan perdagangan setelah perang nuklir akan menjadi bencana global bagi ketahanan pangan," tulis para penulis di makalah tersebut.
"Lebih dari 2 miliar orang bisa mati karena perang nuklir antara India dan Pakistan, dan lebih dari 5 miliar bisa mati karena perang antara Amerika Serikat dan Rusia," tambahnya.
Ketika senjata nuklir diledakkan, sejumlah besar energi yang dilepaskan akan menguapkan segala sesuatu dalam radius tertentu, tergantung pada kekuatan bomnya. Dekat dengan pusat ledakan, dapat mencapai suhu hingga 180.000.000 Fahrenheit.
Tak hanya itu, kebakaran dan kehancuran yang meluas akan dikombinasikan dengan gangguan atmosfer yang disebabkan oleh gelombang kejut bom. Ini akan menyebabkan sejumlah besar jelaga dan aerosol lainnya terbawa oleh atmosfer di seluruh dunia, sehingga menghalangi sinar matahari.
Tanaman membutuhkan sinar matahari untuk tumbuh, tetapi jika terjadi perang nuklir, produktivitasnya akan menurun karena kekurangan sinar matahari.
Dalam sebuah komentar di makalah asli, yang juga diterbitkan di Nature Food, Deepak K. Ray menulis bahwa pendinginan global 55,6 Fahrenheit akan terlihat setelah perang nuklir.
"Dalam skenario ekstrem, jumlah korban tewas akan menjadi gabungan populasi Amerika Serikat, Eropa, Federasi Rusia dan sekutu dan banyak lagi," katanya kepada Newsweek.
Para penulis juga memperkirakan bahwa dalam skenario 150 Tg yang ekstrem, masyarakat akan kekurangan kalori di seluruh dunia yang dibutuhkan sebesar 74%. Sebagai referensi, wanita dewasa membutuhkan antara 1.600 dan 2.400 kalori per hari, dan pria membutuhkan 2.000 hingga 3.000.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB melaporkan pada tahun 2010 bahwa 51% kalori makanan global berasal dari sereal (meliputi gandum, gandum hitam, beras, gandum dan jagung), 31% dari sayuran, buah, dan produk nabati lainnya, dan 18% dari produk hewani seperti daging, susu dan telur.
Bom nuklir, terlepas dari dampaknya terhadap atmosfer, juga membunuh sejumlah besar orang secara langsung dan melalui penyakit radiasi. Pengurangan populasi di seluruh dunia selanjutnya dapat mengurangi tekanan pada industri makanan, meskipun sulit diprediksi karena jumlah yang tidak diketahui.