Bisakah Kita Membantah Teori Evolusi?


Sebagai bagian dari sains, teori evolusi tentu terbuka pada kemungkinan keliru, terbuka pada kemungkinan koreksi, hingga terbuka pada kemungkinan bahwa ilmu pengetahuan ini—teori evolusi—bisa jadi bertentangan dengan sains lain. Sains mestinya tidak menjelma jadi doktrin.

Jadi, bisakah kita membantah teori evolusi? Bisa saja. Tapi tentu tidak dengan agama. Untuk membantah pengetahuan yang dihasilkan nalar berbasis penelitian, kita membutuhkan “senjata” yang setara. Teori evolusi adalah bagian dari biologi, kita bisa membantahnya dengan ilmu fisika.

Dalam fisika, ada Hukum II Termodinamika, yang dianggap salah satu hukum dasar ilmu fisika. Ini setara dengan teori evolusi yang juga dianggap salah satu hukum dasar ilmu biologi. Mestinya, dua hukum ini (teori evolusi dan Hukum II Termodinamika) saling match, nyatanya bertentangan.

Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa dalam kondisi normal, semua sistem yang dibiarkan tanpa gangguan cenderung jadi tak teratur, terurai, dan rusak sejalan dengan waktu. Hukum ini bisa diterapkan pada semua benda hidup maupun benda mati. Jika sesuatu diabaikan, ia akan rusak.

Semua benda—hidup atau mati—akan aus, rusak, lapuk, terurai, dan hancur. Akhir seperti itu mutlak akan dihadapi semua makhluk dengan cara masing-masing, dan, menurut hukum ini, proses yang tak terelakkan tidak dapat dibalikkan. Artinya akan makin rusak, bukan malah makin bagus. 

Jika kita mengikat salah satu tangan kita, dan menggendongnya sampai bertahun-tahun seolah tangan itu lumpuh, pada akhirnya tangan itu benar-benar akan lumpuh, aus, tak bisa lagi digunakan. Tangan kita akan tetap sehat justru karena digunakan, bukan karena diabaikan begitu saja.

Kalau kita memasukkan mobil bagus ke gudang dan mengabaikannya sampai bertahun-tahun, mobil itu bukan akan lebih bagus, tapi justru akan rusak, aus, dan lapuk. Ban-ban di rodanya mungkin kempes, velg dan sasisnya berkarat, kacanya kusam, sementara mesinnya bisa benar-benar mati.

Fenomena semacam itu disebut entropi—kehancuran, pelapukan—yang menjadi bagian dari Hukum II Termodinamika. Jika sesuatu dibiarkan begitu saja, ia akan hancur. Hukum II Termodinamika adalah cara mendefinisikan proses alam ini dengan persamaan dan perhitungan fisika.

Sebagai sains, keabsahan Hukum II Termodinamika telah terbukti, secara eksperimen maupun teoritis. Para ilmuwan terpenting di zaman kita—termasuk Albert Einstein—menyetujui fakta bahwa hukum ini akan menjadi paradigma yang mendominasi, hingga periode sejarah mendatang. 

Albert Einstein bahkan menyatakan Hukum II Termodinamika sebagai “hukum utama dari semua sains”. Sementara Sir Arthur Eddington menyebut Hukum II Termodinamika sebagai “hukum metafisika tertinggi di seluruh jagat raya”. Dan hukum ini... bertentangan dengan teori evolusi.

Teori evolusi adalah klaim yang diajukan dengan sepenuhnya mengabaikan hukum fisika yang mendasar dan memiliki kebenaran universal tadi (Hukum II Termodinamika). Mekanisme yang diajukan teori evolusi benar-benar bertentangan dengan keabsahan Hukum II Termodinamika.

Teori evolusi menyatakan bahwa atom-atom dan molekul-molekul yang tidak hidup, tidak teratur dan tersebar, sejalan dengan waktu menyatu secara spontan dalam urutan dan perencanaan tertentu, membentuk molekul-molekul yang luar biasa kompleks seperti protein, DNA, dan RNA. 

Kemudian, semua itu lambat laun menghasilkan jutaan spesies makhluk hidup yang berbeda, bahkan dengan struktur yang lebih kompleks lagi. Menurut teori evolusi, semua proses yang diperkirakan ini—yang begitu rumit sekaligus teratur—terbentuk sendiri pada tiap tahapan alaminya.

Hukum II Termodinamika menegaskan bahwa semua yang disebut proses alamiah itu—yang menghasilkan struktur yang lebih terencana, lebih teratur, lebih kompleks, dan lebih terorganisir, sebagaimana yang diklaim teori evolusi—jelas bertentangan dengan hukum-hukum fisika.

Dalam bahasa awam, mestinya segala hal yang dibiarkan atau diabaikan akan rusak dan hancur. Contohnya tangan sehat yang digendong, atau mobil bagus yang diabaikan di gudang. Tapi teori evolusi mengklaim sebaliknya; segala hal yang dibiarkan justru akan tumbuh dan berkembang.

Roger Lewin, ilmuwan evolusionis, terang-terangan menyatakan, “Satu masalah yang dihadapi para ahli biologi adalah pertentangan nyata teori evolusi terhadap Hukum II Termodinamika. Semua sistem seharusnya rusak sejalan dengan waktu, semakin tidak teratur, bukan sebaliknya.”

Hukum II Termodinamika menyatakan, dalam kondisi biasa, tidak ada molekul organik kompleks dapat terbentuk secara spontan; tapi sebaliknya akan hancur. Di sisi lain, semakin kompleks sebuah molekul, semakin tidak stabil keadaannya, dan semakin pasti kehancurannya, cepat atau lambat. 

Kenyataan ini jelas membingungkan, bahkan bagi para ilmuwan. Dan mereka mengakui, bahwa meski melalui pembahasaan serumit apa pun, fotosintesis dan semua proses kehidupan, serta kehidupan itu sendiri, tidak dapat dipahami berdasarkan ilmu termodinamika ataupun ilmu pasti lainnya.