Sikap Rasulullah SAW Saat Hadapi Makanan yang Tidak Disukai


Beragam cara dilakukan ketika kita disodori makanan yang tidak disukai, apakah karena alergi atau belum terbiasa memakannnya. Sebagai mahkluk yang tidak sempurna, seringnya langsung menolak dan bahkan mencela makanan tersebut.

Padahal mencela makanan di hadapan orang yang menyuguhkan tentu dapat menyakiti perasaanya. Perilaku mencela makanan tidak pernah dilakukan Rasulullah Muhammad.

Keteladanan Rasulullah dalam masalah ini, saat menghadapi masakan atau makanan yang boleh dimakan, diwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. (HR al-Bukhâri dan Muslim).

Berbeda dengan makanan haram, Rasulullah melancarkan celaan padanya. Bahkan melarang mengonsumsinya. Apabila makanan yang dihidangkan Rasulullah sukai, beliau menyantapnya. Sedangkan sikap Rasulullah saat menghadapai jamuan yang tidak menarik hati, Rasulullah tidak menjamahnya dengan tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.

"Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. (HR al-Bukhâri dan Muslim).

Sikap itu merupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah menghormati perasaan orang yang telah memasak atau membuatnya. Rasulullah tidak suka mencela hasil kerja orang yang membuatnya sehingga dapat menyakiti hatinya.

Sisi lain, tidak menutup kemungkinan, ada orang lain yang menyukai makanan tersebut. Hadits di atas juga mengajarkan sikap baik dalam menghadapi makanan yang tidak disuka, yaitu dengan cara tidak menyentuh dan meninggalkannya.

Terdapat suatu riwayat, beliau bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang tersedia. Keluarga beliau menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka.” maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkata, “Sebaik-baik lauk adalah cuka. Sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR Muslim).

Pujian sebagaimana hadits atas bisa bermakna pujian kepada obyek makanan, dan juga bisa ditujukan untuk menghibur keluarga. Tetapi, tidak berarti pengutamaan cuka di atas segala makanan.