
Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Pertempuran Nabi Isa dengan Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
“Lalu Dajjal kembali mendatangi suatu kaum, menyeru dan mengulangi semua ucapannya. Setelah itu, ia pun pergi meninggalkan penderitaan. Kaum itu menjadi tandus (setelah terputusnya hujan dan mengeringnya rerumputan). Tak sedikit pun harta di tangan mereka.
“Dalam perjalanan, ia berpapasan dengan reruntuhan bangunan. Ia berkata pada reruntuhan itu, ‘Keluarkan kekayaanmu.’ Maka harta itu lalu mengikutinya seperti lebah jantan.
“Ia lalu memanggil seorang pria muda, kemudian menebasnya dengan pedang, memotongnya menjadi dua bagian, dan memisahkannya sejauh tangan melempar. Ia kemudian memanggilnya, maka pemuda itu seketika mendatanginya dan mengusap-usap wajahnya. Ia pun tertawa.
“Sementara ia melakukan kerusakan-kerusakan itu, Allah SWT mengutus al-Masih Isa putra Maryam as ke bumi. Beliau turun dari menara putih sebelah timur Damaskus, mengenakan pakaian berhias dan harum za'faran sambil meletakkan tapak tangannya pada sayap dua malaikat.
“Jika beliau merundukkan kepala, maka meneteskan air. Jika beliau kembali mengangkat kepala, maka memancarkan butiran-butiran permata (tetesan air itu menyerupai butiran-butiran permata karena kebeningannya).
“Tak seorang kafir pun yang mencium aroma wanginya kecuali mati dan jiwanya melayang. Kemudian Isa as mencari Dajjal sampai beliau menemukannya di pintu Lud (suatu daerah di Syam) dan membunuhnya.
“Isa as kemudian mendatangi suatu kaum yang dijaga Allah SWT dari kejahatan Dajjal, beliau lalu mengusap wajah-wajah mereka, menjelaskan derajat mereka nanti di surga.
“Sementara Isa as melakukannya, Allah SWT memerintahkan Isa as, ‘Aku telah mengeluarkan (menciptakan) segolongan hamba-hamba-Ku yang tak seorang pun mampu mengalahkan mereka, bawalah mereka (pengikut-pengikutmu) ke bukit (atau bawa mereka ke gunung, dan jadikan gunung itu perisai mereka).
“Allah SWT mengutus Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka pun berlarian dari setiap lekukan bukit. Sebagian mereka berlarian ke arah perairan Tiberia dan meminum airnya. Saat orang terakhir dari mereka datang ke perairan tersebut, orang-orang berkata. ‘Dulu di tempat ini terdapat air.’
“Nabi Isa as dan sahabat-sahabatnya terkepung merasakan kesulitan dan keterbatasan, sampai-sampai kepala banteng milik salah satu dari mereka lebih berharga dari seratus dinar hari ini (karena kebutuhan mereka pada makanan).
“Nabi Isa as dan para sahabatnya kemudian berlindung dan berdoa pada Allah SWT. Nabi Isa berkata, ‘Berdoalah dengan sepenuh hati dan mintalah pertolongan dengan segala kerendahan kalbu kepada Allah, dan mohonlah pertolongan-Nya agar melenyapkan gangguan Ya'juj dan Ma'juj yang hendak membunuh kita.
“Kemudian Allah SWT mengutus kepada mereka cacing-cacing (yaitu cacing-cacing yang biasanya melekat pada hidung unta atau sapi) yang menempel pada leher mereka (pengikut Ya'juj dan Ma'juj). Dengan itu, mereka akan mati seperti matinya seorang (mati sekaligus dan bersamaan).
“Kemudian Nabi Isa as turun dari gunung itu. Tak sejengkal pun tanah yang tak disesaki bebauan busuk bangkai-bangkai mereka (pengikut Ya'juj dan Ma'juj). Nabi Isa as dan para sahabatnya menyaksikan hal itu, lalu bersimpuh memohon pada Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengutus seekor burung besar, sebesar unta, dan membawa mereka ke mana Allah SWT kehendaki.
“Allah SWT lalu menurunkan hujan deras, tak satu rumah pun atau bukit yang mampu merintangi curahan air itu. Hujan itu membersihkan bumi hingga mengkilat bagai kaca.
“Setelah itu dikatakan pada bumi, ‘Tumbuhkan pohon dan buah-buahan, kembalikan keberkatanmu.’ Dan sejak itu manusia kembali memakan buah delima. Berkah itu sungguh besar, hingga seekor unta yang mendekati kelahiran, mencukupi satu kelompok dengan jumlah besar, seekor sapi yang juga mendekati kelahiran mencukupi satu kabilah, dan satu ekor kambing bisa mencukupi sekelompok di bawah kabilah.
“Sementara mereka menikmati keberkahan itu, Allah SWT mengutus angin semilir, mengambil ruh setiap mukmin dan muslim. (HR. Muslim).