Kisah Penemuan Fosil Dinosaurus dari Zaman Kuno sampai Era Modern


Kapan pertama kali fosil dinosaurus ditemukan? Kapan persisnya fosil dinosaurus pertama ditemukan, kita tidak tahu. Yang jelas, fosil dinosaurus sejatinya telah ditemukan dan dieksavasi sejak beberapa ribu tahun lalu, namun baru benar-benar dipelajari dan dipahami setidaknya dua ratus tahun terakhir.

Sejak zaman kuno, Tiongkok telah mengenal obat-obatan yang disebut "tulang naga". Mereka menggali fosil di bebatuan, kemudian menjadikannya obat. Mereka menganggap tulang-tulang tersebut adalah tulang naga. Yang sebenarnya merupakan tulang dinosaurus. 

Jadi, para tabib Tiongkok sejatinya sudah menemukan fosil dinosaurus sejak dahulu sekali, hanya saja mereka tidak mengenalinya sebagai dinosaurus. Buktinya? Di era modern sekarang, Tiongkok adalah salah satu dari tiga negara dengan penemuan fosil dinosaurus terbanyak. Beberapa dinosaurus paling aneh dan paling menakjubkan ditemukan di negara ini, di daerah semisal Liaoning dan Sichuan.

Wilayah lain yang sekarang juga merupakan negara dengan penemuan fosil dinosaurus terbanyak, yaitu Amerika Utara, juga memiliki kisah sendiri tentang penemuan fosil dinosaurus. 

Fosil tersebut membangkitkan mitos tentang Unktehilla, sejenis ular raksasa pemangsa manusia, yang memiliki musuh abadi berupa elang raksasa berkepala dua. Yang sebenarnya merupakan fosil dinosaurus berleher panjang (Sauropoda).

Berbagai peradaban kuno memiliki keterkaitan antara fosil dinosaurus dengan makhluk yang mereka anggap ada. Karena mereka tidak punya cukup pengetahuan, mereka menganggap bahwa fosil tersebut adalah peninggalan monster atau hewan-hewan absurd lain.

Dinosaurus pertama yang dideskripsikan dalam literatur ilmiah adalah Megalosaurus bucklandii.

Fosil Megalosaurus pertama ditemukan pada tahun 1676 di Taynton Limestone Formation, Oxfordshire, Inggris. Fosil tersebut dideskripsikan oleh seorang profesor kimia di Universitas Oxford, Robert Plot. Dia lalu mempublikasikan hasil deskripsinya di Natural History of Oxfordshire di tahun yang sama.

Tadinya, Plot kebingungan mendeskripsikan fosil ini. Dia menduga bahwa fosil yang ditemukan merupakan tulang paha bagian bawah (benar!), tapi tulang tersebut terlalu besar untuk hewan apa pun yang hidup di Inggris pada masa itu.

Plot lantas mendeskripsikannya sebagai tulang paha gajah perang di masa Romawi. Kemudian, dia merevisinya menjadi tulang paha manusia raksasa yang disebutkan di Injil.

Memang nyeleneh, tapi setidaknya berkat Plot, kita jadi punya catatan tentang penemuan fosil ini.

Sayangnya, Plot tidak memberi nama fosil tersebut. Pemberian nama itu dilakukan kemudian di tahun 1763 oleh Richard Brookes. Brookes menamainya "Scrotum Humanum", karena dia pikir bentuk fosil tersebut mirip skrotum alias testis manusia.

Sayangnya, Scrotum Humanum kemudian hilang dan tidak diketahui keberadaannya hingga kini. Sampai pada tahun 1797, ketika sebuah fosil potongan rahang bawah ditemukan juga di Tanyton.

Fosil itu lantas diteliti oleh William Buckland, seorang profesor geologi di Universitas Oxford, dan masih menemui kebingungan hingga dia dikunjungi oleh ahli anatomi asal Prancis, Georges Cuvier (yang kini disebut Bapak Paleontologi) pada tahun 1818. Cuvier terkejut karena dia menyadari bahwa potongan tulang rahang tersebut mirip fosil lain yang ditemukan di Maastricht, Belanda, pada 1780.

Belakangan, fosil Cuvier dinamai Mosasaurus, yang merupakan sisa dari reptil laut yang hidup sezaman dengan dinosaurus.

Cuvier memberi tahu Buckland bahwa fosil rahang tersebut pastilah milik hewan raksasa juga. Akhirnya, pada 20 Februari 1824, Buckland menamai temuannya Megalosaurus, dari bahasa Yunani, Mega yang berarti "besar", "kuat", atau "raksasa", dan Sauros yang berarti "kadal" atau "reptil".

Megalosaurus adalah dinosaurus pertama yang diberi nama, namun ternyata bukan dinosaurus pertama yang fosilnya diteliti. Dinosaurus pertama yang fosilnya diteliti adalah Streptospondylus, yang ditemukan tahun 1778, dan dipelajari tahun 1808 oleh Georges Cuvier. Sedihnya, Streptospondylus ini tidak dikenali sebagai dinosaurus sampai tahun 2001!

Maklum, fosil yang ditemukan hanyalah potongan tulang belakang dan potongan tulang kaki. Cuvier waktu itu menggolongkan Streptospondylus sebagai sejenis buaya purba.

Lalu, pada tahun 1824–1825, ilmuwan Inggris lain, Gideon Mantell, menemukan fosil gigi dan kuku ibu jari serta vertebra dan tulang kaki, yang dia beri nama Iguanodon.

Pada 20 Juli 1832, Mantell lagi-lagi menemukan fosil dinosaurus, kali ini jauh lebih lengkap dan menunjukkan perisai tulang yang menutupi tubuh. Mantell menamainya Hylaeosaurus.

Menyadari tren penemuan hewan-hewan "raksasa" ini, pada tahun 1842, seorang ahli biologi Inggris, Sir Richard Owen, memasukkan Megalosaurus, Iguanodon, dan Hylaeosaurus ke satu kelompok "reptilia raksasa" yang dinamai 'dinosaurus', berasal dari bahasa Yunani, Deinos yang berarti "menakutkan", "hebat", atau "kuat", dan Sauros yang berarti "kadal" atau "reptil".

Dan sejak saat itulah, publik mulai berminat pada hewan-hewan ini. Perusahaan Benjamin Waterhouse di Inggris membuat tiruan ketiga dinosaurus tersebut di Crystal Palace dengan ukuran sesungguhnya—setidaknya berdasarkan pengetahuan mereka saat itu.

Dinosaurus cepat populer. Para paleontolog semakin bersemangat menggali, tidak hanya di Inggris, dan akhirnya terus-menerus menemukan fosil. Dinosaurus membantu para ilmuwan memahami kehidupan di masa lalu, dan menyadari bahwa hewan-hewan berukuran raksasa memang pernah ada. 

Konsep ini juga memperkuat Teori Kepunahan yang diajukan oleh Georges Cuvier, bahwa makhluk hidup bisa punah karena suatu bencana, kemudian tidak dijumpai lagi di Bumi.

Seiring waktu, terutama pada 1859, fosil-fosil dinosaurus memberikan insight yang mendalam pada ilmuwan mengenai teori evolusi yang ditulis Charles Darwin (tahun itu adalah tahun di mana Origin of Species dipublikasikan).

Kepopuleran dinosaurus terus berlanjut hingga sekarang. Kita mempelajari mereka tidak hanya di tanah terbuka yang panas dan berdebu, melainkan juga ke laboratorium yang berpendingin ruangan. Dinosaurus tidak eksklusif untuk para paleontolog saja, melainkan juga bisa kita temukan di buku cerita dan buku mewarnai anak-anak.