
Seratus tahun yang lalu, Presiden AS, Woodrow Wilson, tengah berlibur di rumah musim panasnya di Asbury Park, New Jersey. Seperti slogan kampanye saat itu, "Amerika tidak akan ikut 'tenggelam' dalam perang", yang terbukti tidak bisa diwujudkannya, Wilson ternyata juga gagal menjaga "Orang-orang Amerika agar tidak tenggelam menjadi mangsa di laut."
Di perairan yang sama dengan kediaman Wilson, seekor 'monster laut' dengan panjang 2,7 meter dan bergigi tajam, akan menggantikan Wilson dan perang, sebagai headline berita.
Hewan ini akan menjadi ikon budaya pop, menjadi bintang film laris dan memastikan bahwa ia akan lebih dikenang dibandingkan perang.
Pada Juli 1916, lima orang Amerika yang sedang berenang diserang seekor hiu putih 'remaja' di pantai Jersey. Tidak hanya itu, empat orang tewas diserang hewan sama.
Dalam rangkaian serangan yang dimulai sejak 1 hingga 12 Juli itu, si hiu menunjukkan kekejamannya dalam jarak yang cukup jauh 112,6km. Dia mulai menyerang dari kota pantai di utara tempat wisata populer, Atlantic City, hingga ke pelabuhan New York.
Korban pertama di Pantai Haven, di New Jersey, adalah seorang lulusan anyar Universitas Pennsylvania, Charles Vansant. Tidak banyak yang tahu nasib nahas Vansant.
Orang yang mendengar lelaki ini berteriak, mengira dia sedang bercanda. Peneliti saat itu mengungkapkan bahwa rahang hiu "tidak cukup kuat" untuk menggigit hingga ke tulang manusia.
Ini adalah serangan hiu mematikan pertama dalam sejarah Amerika, tetapi tidak ada yang tahu. Mungkin karena tidak ada Discovery Channel kala itu.
Saat korban kedua ditemukan, para wisatawan melihat tubuh penuh darah teronggok di pasir. Badannya tinggal separuh. Mereka pun berlari, berteriak-teriak ketakutan.
Usai kejadian itu, monster laut ini langsung menjadi sampul depan harian prestisius The New York Times. Korban ketiga pun jatuh.
Walikota setempat membantah fakta yang terjadi. Mereka ketakutan kehilangan penghasilan dari pariwisata pantai, hingga akhirnya ketakutan warga memaksa resort tersebut tutup.
Politisi pun meminta bantuan ilmuwan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Seorang ahli dari Museum Sejarah Alam Amerika mengidentifikasi bahwa hewan yang membunuh warga adalah hiu putih.
Kepanikan dan kemarahan muncul. Sekelompok orang mengangkat senjata, berlayar ke laut untuk memburu hiu putih itu. Si hiu akhirnya mati ditembak ketika sedang menyerang kapal si pemburu.
Diangkat ke novel
Cerita di atas terdengar familiar? Ya, itu adalah kisah nyata di balik film legendaris Jaws.
Pada 1974, Peter Benchley menuturkan peristiwa di New Jersey itu dalam novel superlarisnya, Jaws. Namun, ia mengubah lokasi cerita di buku, dari New Jersey ke Long Island.
Hiu dalam buku Benchley membunuh empat orang. Walikota membantah apa yang terjadi karena takut pemasukan kota akan berkurang.
Ilmuwan pun, setelah berupaya keras, akhirnya mengetahui bahwa hewan yang membunuh adalah hiu putih. Sejumlah orang yang murka, melakukan perburuan hiu dan membunuh si hewan kala ia menyerang kapal si pemburu. Kisahnya persis kejadian di New Jersey.
Novel Benchley menjadi sensasi budaya. Fidel Castro bahkan menyebut Tiburon, judul novel itu dalam bahasa Spanyol, sebagai metafora dari kapitalisme predator. Ada pula yang menyebut Jaws sebenarnya cerita tentang Nixon dan kasus Watergate. Buku ini bertahan di puncak novel terlaris versi The New York Times selama 44 minggu!
Film blockbuster
Musim panas 1975, setahun setelah novel diluncurkan, Steven Spielberg merilis film Jaws. Serangan hiu legandaris ini diwujudkan nyata oleh Spielberg menggunakan robot mekanik. Sejak saat itu, pengalaman berenang orang-orang tidak pernah sama lagi.
Jaws pun menjadi film box-office musim-panas pertama. Setelahnya, film-film besar selalu dirilis di musim panas. Sebut saja Star Wars, hingga Jurassic Park, atau Titanic. Termasuk film serangan hiu terbaru, The Shallows.
Namun, ketenaran film ini membuat khawatir ilmuwan hiu ternama saat itu, George Burgess dari Universitas Florida. Menurutnya, hiu putih digambarkan salah, yaitu sebagai hewan yang menyerang manusia karena balas dendam.
Padahal faktanya, hiu tidak menyerang orang, kecuali karena salah sangka, dikira makanan. Salah kaprah ini telah menginspirasi banyak turnamen perburuan hiu di Amerika. "Ini telah meminimalisasi jumlah hampir seluruh spesies hiu."
Namun, kepopuleran Jaws juga telah mendorong kepedulian terhadap konservasi laut. Film itu telah menginspirasi ahli biologi hiu untuk melakukan riset yang lebih baik dan mendalam tentang hiu.
Dengan penelitian ini, ilmuwan telah menunjukkan bahwa hiu adalah bagian integral dari ekosistem, sama seperti hewan lain di alam liar.
Sementara itu, puluhan ribu orang di seluruh dunia jadi takut berenang di laut karena menonton Jaws, "banyak yang tak mau bahkan untuk memasukkan kakinya ke air, karena film ini," tutur Burgess.
Apalagi mengingat satu adegan tak terlupakan ketika karakter yang diperankan Roy Scheider dan Richard Dreyfuss, yang berperan sebagai biolog, memohon-mohon kepada walikota untuk menutup pantai di hari libur kemerdekaan 4 Juli, karena dua orang ditemukan tewas.
"Ini akan terjadi lagi, seperti di Pantai Jersey! Tahun 1916! Orang-orang dimakan ketika sedang berselancar!"