
Jika kebanyakan presiden umumnya berusaha membuat negara yang dipimpinnya lebih baik, berbeda dengan presiden-presiden ini. Mengemban tugas membuat negaranya jadi makmur dan sejahtera, tiga presiden ini malah membuat negara yang dipimpinnya jadi sangat miskin, dan akhirnya bangkrut akibat lilitan utang yang tak kunjung terbayar.
Berikut ini tiga presiden dunia yang menghancurkan negara yang dipimpinnya dalam kebangkrutan.
1. Robert Mugabe (Zimbabwe)
Robert Mugabe jadi orang yang paling bertanggung jawab atas krisis ekonomi yang parah di negara Zimbabwe. Kebijakan yang dikeluarkannya pada akhir 90-an dan awal 2000-an tentang kebijakan radikal mengenai distribusi lahan membuat Zimbabwe akhirnya mengalami kekurangan bahan pokok kronis.
Di lain sisi, bank sentral negara itu terus mencetak uang, agar bisa membiayai defisit anggaran yang terjadi di zimbabwe. Akibatnya, zimbabwe mengalami lonjakan harga berbagai keperluan yang sangat drastis, hingga akhirnya mencapai puncaknya ketika seluruh harga bahan pokok naik dua kali lipat setiap 24 jam.
Nilai mata uang mereka terhadap dolar benar-benar sangat lemah, hingga akhirnya dilanda krisis ekonomi serta inflasi. Kini mata uang Zimbabwe sudah tidak bisa dijadikan alat tukar, karena sudah tak ada harganya, bahkan yang paling gila nilai tukar untuk 1 US dollar = 35.000 triliun dollar Zimbabwe.
Anda hanya bisa membeli 3 butir telur, sekalipun uang yang anda miliki adalah 100 miliar zimbabwe. Akibatnya, untuk mengatasi masalah ini, AS akhirnya menghapus mata uang Zimbabwe, dan menggantinya dengan dolar Amerika.
2. Nicolas Maduro (Venezuela)
Mantan presiden berikutnya yang membuat negaranya bangkrut adalah Nicolas Maduro. Ia sukses naik tahta kepemimpinan di Venezuela, pasca kepergian Hugo HFS untuk selama-lamanya. Namun bukan melanjutkan kepemimpinan terbaik dari Hugo, Maduro justru berbuat sebaliknya.
Venezuela yang dulu terkenal sebagai sumber penghasil minyak dan negara pengekspor minyak, berubah total. Uang kas negara habis akibat anjloknya harga minyak pada 2016, dan berujung pada kemiskinan rakyat.
Maduro, yang menggantikan posisi Hugo yang wafat pada 2013, salah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bukannya berupaya meningkatkan lini produk ekspor minyak, Maduro malah melakukan pencetakan uang sebanyak-banyaknya.
Akibat hal tersebut, harga barang mengalami loncatan yang signifikan, sekitar 1.000 persen, sementara harga bolifirst semakin turun tajam.
3. Yahya Jammeh (Gambia)
Gambia sempat mengalami situasi memanas setelah dilangsungkannya pemilu pada 1 Desember 2016. Jammeh bersaing dengan Adam untuk bisa mendapatkan kursi nomor 1 di Gambia.
Jammeh ternyata kalah, dan harus dengan lapang dada menerima hasil. Tetapi tidak lama setelahnya, pasca pemilu selesai dilakukan, ia menolak hasil pemilu dan meminta diadakannya pemilihan ulang. Tetapi, belum sempat dilakukan pemilihan ulang, Jammeh pergi keluar kota dengan seluruh hartanya yang besar, sekitar 11 juta USD atau 147,1 miliar rupiah kala itu.
Hal itu pun membuat kas negara jadi kosong dan tak tersisa lagi cadangan. Otoritas bandar utama Gambia melarang Jammeh kabur bersama semua barang mewah yang ia punya. Tetapi Jammeh berhasil kabur pada 21 Januari 2017, dan sampai sekarang tidak ada yang tahu keberadaannya.