
Krisis politik di Zimbabwe yang diwarnai aksi “kudeta” militer mencapai puncak ketika Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri secara suka rela.
Robert Mugabe, yang berkuasa selama 37 tahun sebagai Presiden Zimbabwe, memiliki kebijakan politis yang menimbulkan guncangan, karena keinginannya untuk tetap menjadi Presiden meski usianya sudah 93 tahun, dan ingin mewariskan kekuasaannya pada istrinya sendiri, Grace Mugabe.
Selain itu, gaya kepemimpinan Mugabe yang begitu memanjakan Grace di tengah kesulitan ekonomi yang melanda warga Zimbabwe, juga memicu kemarahan publik dan “kejengkelan” dari pihak militer.
Grace Mugabe yang dipersiapkan untuk meggantikan posisi Robert Mugabe dikenal sebagai ibu negara yang suka gaya hidup mewah, dan bisa menghabiskan Rp2 milliar setiap kali belanja.
Demi memuluskan jalan Grace menduduki kursi Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe terlebih dulu memecat Wakil Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa.
Tapi aksi pemecatan terhadap Emmerson menciptakan bola salju yang menghantam balik Robert Mugabe, karena Emmerson, yang memutuskan lari ke Afrika Utara, kemudian mengobarkan perlawanan.
Emmerson mengecam pemecatan terhadap dirinya, dan menyatakan bahwa negara bukan milik sebuah keluarga, sehingga Robert Mugabe tidak bisa begitu saja mewariskan “tahtanya” kepada Grace yang terkenal hidup glamor.
Rakyat Zimbabwe, yang selama pemerintahan Robert Mugabe merasa tertindas dan mengalami kesulitan ekonomi, mendukung upaya Emmerson untuk “merebut” kekuasaan, dan mulai melancarkan aksi demo.
Salah satu tuntutan rakyat Zimbabwe agar Robert Mugabe turun dari kursi kepresidenan adalah karena Mugabe sendiri sudah berumur 93 tahun, dan terlalu tua untuk mengatasi krisis ekonomi Zimbabwe yang makin parah.
Krisis politik dan ekonomi itu akhirnya membuat militer Zimbabwe turun tangan dengan cara melakukan “kudeta”.
Militer Zimbabwe mengerahkan tank-tanknya di Ibukota Harare, lalu melakukan tindakan berupa penahanan rumah terhadap Presiden Robert Mugabe, sekitar satu minggu sebelum Mugabe menyatakan mengundurkan diri.
Emmerson, yang selama di tempat pelariannya terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap Mugabe, diperkirakan akan menduduki kursi Presiden Zimbabwe. Pasalnya selain mendapat dukungan militer, Emmerson juga mendapat dukungan dari para veteran perang Zimbabwe yang secara politik memiliki pengaruh tinggi.
Rakyat Zimbabwe, yang dilanda eforia atas mundurnya Robert Mugabe, turun ke jalan sambil bersorak-sorai.
Jalan mulus yang disiapkan Robert Mugabe untuk Grace Mugabe agar bisa menggatikan diriya sebagai Presiden Zimbabwe telah buyar. Apalagi rakyat Zimbabwe telah muak dengan gaya hidup glamor Grace yang makin tidak terkendali.