Tulang Dinosaurus yang Dipajang di Museum, Asli atau Replika?


Tulang (atau kerangka) dinosaurus yang dipajang di museum dan dipamerkan ke pengunjung hampir seluruhnya merupakan tulang replika dari fosilnya. Jarang sekali ada museum yang "berani" memamerkan fosil aslinya.

Kenapa? Alasan utamanya adalah fosil itu sangat berharga untuk ilmu paleontologi. Banyak dinosaurus—dan hewan prasejarah lain—hanya dikenali dari satu atau beberapa fosil saja, atau bahkan dari satu atau dua buah tulang. 

Menjaga agar sumber pengetahuan aslinya tidak hilang atau rusak tentu sangat penting. Selain itu, fosil pada dasarnya cukup rapuh, sehingga para paleontolog sangat berhati-hati dalam menggali, membungkus, dan memindahkan, serta meneliti fosil ke lab.

Perlu diketahui bahwa fosil sering dibawa dari TKP alias tempat penemuannya bersama lapisan batuan yang menutupi sekaligus melindungi fosilnya. 

Ketika sampai di lab dengan selamat, para ahli baru bisa memisahkan fosil dengan batuan yang melapisinya, dengan perlahan dan sangat hati-hati. Mereka menggunakan bor, palu dan pasak, pengikis, pengukir, kuas dengan berbagai ukuran, hingga jarum khusus untuk membersihkan bebatuan di sekeliling fosil. 

Total durasi proses dari penemuan fosil sampai pembersihan bebatuan di laboratorium dapat memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa tahun.

Bahkan setelah fosil-fosil itu berhasil dibersihkan dari bebatuan sepenuhnya, terkadang fosil harus menunggu "antrean" untuk bisa diteliti dan diidentifikasi. Itulah mengapa kadang-kadang ada dinosaurus yang tahun penemuan dan tahun penamaannya bisa berbeda, bahkan terpisah jauh.