Sering Putus-Nyambung dengan Pacar Ternyata Tidak Baik untuk Kesehatan


Bagi beberapa pasangan, putus nyambung saat menjalani hubungan merupakan hal yang biasa. Menurut penelitian, sekitar 30 hingga 60 persen orang dengan kategori usia dewasa muda pernah mengalami fase ini ketika terlibat dalam hubungan pacaran.

Putus nyambung dalam hubungan mungkin akan berakhir baik bagi sebagian pasangan. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa pola ini lebih sering menyebabkan tekanan emosional yang tentunya berdampak buruk terhadap kesehatan.

Apa dampak hubungan putus nyambung terhadap kesehatan?

Pola putus nyambung dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental Anda. Seperti kita tahu, banyak orang yang mengalami stres saat putus cinta. Salah satu efek buruk dari pola ini yaitu stres yang datang secara berulang. Dengan kata lain, frekuensi putus cinta yang terlalu sering membuat Anda lebih berisiko mengalami tekanan psikologis.

Selain itu, stres secara berulang juga berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, terlebih jika Anda tidak mengetahui cara untuk mengelolanya dengan benar. Ketika stres, sistem imunitas tubuh akan melemah. Akibatnya, Anda akan lebih rentan terhadap serangan penyakit.

Bagaimana cara mengakhiri pola hubungan putus nyambung dengan tepat?

Melihat dampak buruk yang ditimbulkan bagi kesehatan, ada baiknya Anda segera mengakhiri pola hubungan putus nyambung. Untuk mengakhiri pola ini, Anda harus membuat keputusan, apakah akan mengakhiri atau melanjutkan hubungan secara serius.

Berikut sejumlah hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan bertahan atau mengakhiri hubungan:

Cari tahu apa yang benar-benar Anda inginkan

Pastikan bahwa Anda dan pasangan mempunyai tujuan yang sama.

Identifikasi masalah utama dalam hubungan, kemudian pikirkan peluang untuk menyelesaikannya.

Apabila hendak melanjutkan hubungan, Anda harus menerapkan batasan yang jelas terkait komunikasi antara satu sama lain. Sebagai contoh, Anda dan pasangan tak boleh berteriak ketika tengah bertengkar, saling terbuka, bisa dipercaya, dan menunda percakapan hingga amarah mereda.

Di sisi lain, jika Anda ingin mengakhiri hubungan, cobalah meminimalkan komunikasi dengannya karena hanya akan meningkatkan keinginan untuk kembali bersama. Apabila merasa kesulitan untuk keluar dari pola hubungan ini, berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater bisa membantu.