
Para ahli memprediksi, perang nuklir paling tidak punya lima dampak kepada Bumi jika terjadi. Hal itu diketahui dari sebuah studi empat ilmuwan Amerika Serikat (AS).
Hasil penelitian mereka dipublikasikan dengan judul Multidecadal Global Cooling and Unprecedented Ozone Loss Following a Regional Nuclear Conflict. Empat ilmuwan AS itu adalah Michael J. Mills, Owen B. Toon, Julia Lee-Taylor, dan Alan Robock.
Para ahli tersebut menggunakan metode yang disebut Earth System Model yang menganalisa zat kimia di atmosfer, pergerakan samudera, dan komponen daratan dan es di laut yang saling berinteraksi.
Kemudian mereka mensimulasikan andai perang terjadi antara India dan Pakistan. Masing-masing negara menggunakan 50 senjata nuklir seukuran dengan yang digunakan di bom Hiroshima (1945).
Para ahli tersebut lalu menggunakan apa yang disebut dengan versi pertama dari NCAR's Community Earth System Model (CESM1) untuk menganalisa dampaknya ke daratan.
Sementara, untuk dampak ke atmosfer, mereka memakai model Whole Atmosphere Community Climate versi 4 (WACCM4).
Model WACCM lalu dipasangkan dengan Community Aeorosol and Radiation Model for Atmospheres (CARMA3). Model ini digunakan untuk memperlakukan aerosol karbon hitam (BC).
Dari hasil penelitiannya, para ahli itu menyimpulkan ada empat dampak dari penggunaan senjata nuklir terhadap Bumi.
Mengutip Fast Company, dampak pertama adalah lima megaton asap akan memenuhi langit. Alhasil, muncul sesuatu yang disebut musim dingin nuklir.
Setelah satu tahun dari perang itu, temperatur rata-rata permukaan bumi akan turun dua derajat. Kemudian setelah lima tahun, Bumi akan lebih dingin tiga derajat dari sebelumnya.
20 tahun berjalan, temperaturnya akan lebih hangat satu derajat di bawah temperatur sebelum perang nuklir itu.
Penurunan temperatur tersebut mungkin menguntungkan mengingat isu pemanasan global. Akan tetapi, penurunan itu berarti minimnya curah hujan.
Setelah lima tahun ledakan, curah hujan akan berada di angka 91 persen dari level saat ini. Kemudian 26 tahun setelahnya penduduk Bumi akan melihat curah hujan 4,5 persen lebih sedikit daripada saat sebelum perang.
Hal itu tentu berdampak kepada persediaan air di seluruh dunia. Bisa jadi, kekeringan massal akan terjadi.
Dua dampak lainnya yakni musim panen akan lebih pendek 10 hingga 40 hari daripada sebelumnya. Alhasil, penduduk Bumi akan mengalami kelaparan.
Terakhir , lapisan ozon akan hilang karena radiasi. Lapisannya akan 25 persen lebih tipis untuk lima tahun pertama setelah perang.
Setelah 10 tahun, lapisan itu akan pulih sedikit namun tetap 8 persen lebih tipis dari saat normal. Akibatnya, risiko kanker kulit dan kulit terbakar meningkat.
Rusia Terbanyak
Melansir situs Visual Capitalist, ada sembilan negara yang saat ini memiliki senjata nuklir. Rusia menjadi negara dengan jumlah senjata nuklir terbanyak yakni 5.977 (4.477 aktif, 1.500 diistirahatkan).
Setelah Rusia, ada Amerika Serikat dengan total 5.428 senjata (3.708 aktif, 1720 diistirahatkan). Korea Utara menjadi negara dengan jumlah senjata nuklir paling sedikit yakni 20.
Sementara itu, China yang belakangan muncul sebagai salah satu kekuatan dunia memiliki 350 senjata nuklir. Ini merupakan jumlah terbanyak di antara negara-negara Asia.