Begini Cara Ahli Paleontologi Merekonstruksi Wujud Dinosaurus (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Begini Cara Ahli Paleontologi Merekonstruksi Wujud Dinosaurus - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pada kasus dinosaurus pemakan daging, dengan menghitung pusat massa dan keseimbangannya, ilmuwan akhirnya mengerti bahwa mereka tidak mungkin berdiri tegak (ditambah dengan pengetahuan bahwa mereka tidak mungkin menyeret ekornya juga) sehingga rekonstruksi dinosaurus karnivora jadi lebih datar. 

Kekeliruan lainnya, misalnya, adalah Stegosaurus. Tadinya para ahli mengira lempengan pada punggung Stegosaurus tersusun sejajar dan bahkan dapat dilipat untuk melindungi punggungnya.

Hingga akhirnya ditemukanlah fosil komplet di Wyoming, Amerika Serikat. Ternyata lempeng Stegosaurus tumbuh berselang-seling dan jelas tidak bisa dilipat karena struktur dasar lempengnya tidak memungkinkan.

Sampai sini, kita bisa mengambil kesimpulan. Para ahli paleontologi dapat merekonstruksi bentuk fisik dinosaurus hanya dari tulang belulangnya, karena mereka menjumpai banyak kesalahan lebih dulu. Keilmuan mengenai dinosaurus dan bangun tubuh hewan terus berkembang, sehingga mereka tahu mana bentuk yang mungkin dana mana bentuk yang tidak mungkin. 

Tiap kali ada rekonstruksi yang lebih mutakhir dan lebih kuat, maka rekonstruksi lama akan ditinggalkan. Karena itulah yang kita kenal sekarang adalah rekonstruksi mutakhir, dan bukan kadal-kadal raksasa nan bongsor seperti rekonstruksi awal.

Taksonomi juga menyumbang besar pada rekonstruksi dinosaurus. Sejauh ini para paleontolog menggolongkan dinosaurus ke dalam lima kelompok besar, yaitu:

Theropoda, dinosaurus pemakan daging berkaki dua. Contohnya Tyrannosaurus, Velociraptor, dan Megalosaurus.

Sauropodomorpha, dinosaurus herbivora berleher dan ekor panjang, bertubuh besar. Contohnya Brontosaurus, Diplodocus, dan Brachiosaurus.

Ornithopoda, dinosaurus herbivora bertubuh ringan yang bisa berjalan dengan dua atau empat kaki. Contohnya Iguanodon, Edmontosaurus, dan Maiasaura.

Thyreophora, dinosaurus herbivora berkaki empat yang memiliki perisai. Contohnya Stegosaurus, Ankylosaurus, dan Hylaeosaurus.

Marginocephalia, dinosaurus herbivora yang berkaki dua atau empat dan memiliki hiasan kepala. Contohnya Triceratops, Styracosaurus, dan Pachycephalosaurus.

Artinya, ketika paleontolog menemukan fosil dinosaurus yang bisa diidentifikasi ke dalam salah satu dari lima kelompok itu, mereka sudah mampu memperkirakan ciri-ciri umumnya. 

Lebih membantu lagi, karena sebenarnya klasifikasi dinosaurus sudah sangat rinci, dan tiap kelompok memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Sehingga, meskipun paleontolog hanya menemukan sedikit tulang, mereka bisa merekonstruksi bentuk keseluruhan binatangnya.

Misalnya Mapusaurus. Penggalian fosilnya dilakukan antara tahun 1997 dan 2001 di Argentina, dan dinamai tahun 2006. 

Bagi seorang ahli, tulang-tulang itu sudah sangat jelas merupakan tulang rahang atas (maksila) atau moncong Mapusaurus. Karakteristik gigi tajamnya memberi tahu bahwa tulang itu adalah milik dinosaurus pemakan daging, alias Theropoda. Kemiringan tengkoraknya menunjukkan bahwa dinosaurus itu termasuk kelompok yang lebih spesifik, yaitu Carcharodontosauria. 

Meskipun begitu, karena dinosaurus memiliki diversitas yang sangat luar biasa, ilmuwan sering melakukan kekeliruan juga, terutama jika yang ditemukan adalah fosil dari dinosaurus yang belum ada kelompok klasifikasinya, atau fosilnya belum lengkap, atau dua-duanya.

Ini terjadi pada tahun 1918 di Mongolia. Para ahli menemukan fosil aneh, yang baru pada tahun 1954 dideskripsikan oleh Evgeny Maleev dan diberi nama Therizinosaurus cheloniformis. Saat itu, Maleev mengira bahwa fosil tersebut adalah bagian dari sirip penyu raksasa.

Lalu, diketahui bahwa umur fosil itu adalah 70–68 juta tahun. Mongolia pada 70 juta tahun lalu bukan lautan, melainkan daratan kering yang luas, sehingga tidak mungkin ada penyu yang hidup di sana. 

Mengingat bahwa fosil dinosaurus berumur sama juga banyak ditemukan di Mongolia, paleontolog Rusia bernama Anatoly Konstantinovich Rozhdestvensky merevisi bahwa Therizinosaurus adalah dinosaurus, bukan penyu.

Karena fosilnya saat itu cuma cakar dan lengan ekstra besar, para paleontolog mengira Therizinosaurus adalah dinosaurus karnivora dahsyat. Dengan cakar segede itu, ukuran pemiliknya juga pasti sangat besar, hampir sebesar T.rex, dan ia pasti bisa memakan apa saja.

Tahun-tahun berlalu, dan ilmuwan menemukan fosil Therizinosaurus yang lain. Fosil itu berupa tulang punggung yang besar, terlalu besar untuk dinosaurus karnivora, dan lebih cocok untuk menopang tubuh gempal seperti tong yang menjadi ciri khas dinosaurus herbivora. Para ilmuwan mulai bingung.

Lalu, ada penemuan fosil aneh lainnya yang disebut Nanshiungosaurus, di utara Tiongkok. Ada juga fosil Segnosaurus.

Segnosaurus dengan jelas menunjukkan cakar panjang seperti Therizinosaurus, dan rahang bawah berisi gigi-gigi kecil yang sama sekali bukan milik dinosaurus karnivora. Sementara itu, Nanshiungosaurus memiliki tulang leher panjang seperti Sauropodomorpha dan tulang punggung berat nan besar seperti milik Therizinosaurus.

Selain itu, mereka berdua punya tulang pinggul yang unik, seperti perpaduan antara tulang pinggul Theropoda dengan dinosaurus herbivora.

Akhirnya, paleontolog menyadari bahwa mereka baru saja menemukan kelompok dinosaurus baru, yang akhirnya dinamai Therizinosauria alias "Kadal Sabit Besar" karena anggota kelompok ini mempunyai cakar besar di kaki depan mereka, dan mereka merupakan Theropoda—kelompok dinosaurus karnivora—yang berevolusi menjadi vegetarian, namun dengan tetap mempertahankan ciri pemakan daging, yaitu cakar raksasa!

Selesai sudah teka-teki Therizinosauria.

Jadi begitulah, kisah panjang mengenai rekonstruksi dinosaurus. Rupanya membutuhkan usaha yang tidak sedikit, dan kekeliruan yang terjadi berkali-kali, untuk bisa menghasilkan bentuk dinosaurus seperti sekarang.