Bagaimana Proses Terbentuknya Emas di Bumi? Ini Penjelasan Ilmuwan


Emas adalah logam mulia yang biasa digunakan untuk bahan perhiasan, dari kalung, gelang, cincin, dan lain-lain. Emas menjadi barang berharga yang disukai siapa pun, bahkan biasa dijadikan sebagai sarana untuk mengikat seseorang dalam perkawinan, hingga disebut maskawin. 

Kedekatan sekaligus kegairahan manusia dengan emas tidak hanya terjadi di masa sekarang, tetapi telah dimulai sejak zaman kuno. Peradaban Mesir kuno telah menjadikan emas sebagai barang berharga, begitu pula peradaban-peradaban kuno lainnya. 

Emas juga menjadikan para penakluk semacam Columbus melakukan pembantaian besar di tempat-tempat yang mereka datangi. 

Tingginya nilai emas menjadikan logam ini selalu berada dalam pencarian. Secara kimiawi, emas disebut logam mulia, karena tidak bereaksi dengan oksigen, dan tidak terkorosi di udara di bawah kondisi normal. Emas mempunyai karakteristik (lunak, elastis, mudah dibentuk), memiliki warna yang menarik (mengilap dan tidak mudah memudar), dan berdaya konduksi listrik tinggi sehingga memiliki banyak kegunaan. 

Namun, karena emas adalah logam yang keberadaannya sangat langka di alam, sehingga menjadikannya sebagai logam yang sangat berharga.

Bagaimana terbentuknya emas?

Emas terbentuk dari proses magmatisme, perubahan bentuk dari cairan menjadi padatan, saat temperatur menurun. Kristalisasi terjadi pada aliran lava di permukaan yang membentuk mineral vulkanik, atau pada magma di bawah permukaan yang membentuk mineral plutonik. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.

Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona, bedasarkan asosiasi mineralnya:
• Potassic Zone 
• Phyllic Zone 
• Argillic Zone 
• Propylitic Zone

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:

• Inner Zone – bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. 

• Ore Zone – berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar 2.5:1. 

• Pyrite Zone – lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.

• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai. Mineralisasi hadir berupa vein (mirip vein epithermal).