
Mengapa negara bekas peradaban besar seperti Mongolia dan Yunani saat ini malah menjadi negara yang hampir tidak punya pengaruh atau bahkan tertinggal?
Apakah Mongolia adalah peradaban yang besar? Tidak. Mongolia saat itu hanya mengandalkan kekuatan militer. Pasukan pemanah kavaleri berkuda Mongol yang sangat cepat dan efisien kebetulan dapat mengungguli bangsa-bangsa lainnya yang cenderung mengandalkan infanteri yang lambat.
Kebesaran Mongol hampir tidak meninggalkan warisan budaya, kecuali di bidang militer. Kehebatan kavaleri kemudian diadopsi oleh orang-orang Eropa, sehingga pasukan kavaleri di Eropa menjadi pasukan elite setelahnya.
Bangsa Mongol justru menjadi besar setelah berbaur dan mengadopsi budaya bangsa taklukannya. Seperti Kubilai Khan (cucu Jenghis Khan) yang mendirikan dinasti Yuan di China, dia mengadopsi hampir semua budaya China.
Lalu bagaimana nasib negeri asal mereka?
Walaupun wilayah Mongolia asli mendapat status istimewa, tapi tidak banyak pembangunan di sana. Pada masa Kubilai Khan, ibukota Mongol dipindah ke Beijing. Dan imperium Mongol dibagi 4 otonomi ke-khan-an.
Generasi penerus dinasti Yuan ternyata tidak sanggup mempertahankan imperiumnya, dinasti ini hanya bertahan sekitar 100 tahun. Dinasti Ming berhasil mengusir penguasa Mongol dari China, bahkan menguasai wilayah Mongolia asli.
Sementara ke-khan-an yang lain sibuk mendirikan kerajaan sendiri, seperti Timurlane yang mengadopsi budaya Islam, dan kemudian menjadi cikal bakal kerajaan Mughal di India.
Begitulah, meskipun menguasai setengah dunia, tapi tanah air Mongolia yang gersang dan minim sumber daya bisa dikatakan masih seperti sedia kala.
Mereka berusaha untuk membangkitkan kembali kejayaan Mongolia, tapi terlambat karena bangsa-bangsa lain sudah lebih unggul. Ditambah tidak adanya pemimpin kharismatik seperti leluhur mereka.
Yunani
Tidak seperti Mongol, Yunani adalah bangsa dengan peradaban tua dan maju, banyak hasil karya para filsuf Yunani yang menjadi dasar ilmu pengetahuan saat itu. Kebebasan bicara telah melahirkan pemikiran-pemikiran hebat.
Alexander telah membawa Yunani pada puncak kejayaannya. Secara tidak langsung, penaklukanya turut serta menyebarkan peradaban Yunani ke daerah lain. Cita-citanya untuk menggabungkan Asia dan Eropa telah melahirkan budaya baru, yaitu budaya Helenistik.
Mungkin karena hasil didikan Aristoteles, gurunya, ia sangat tertarik pada seni dan ilmu pengetahuan. Dalam hal pemerintahan, Alexander cukup adil, ia menganggap semua rakyat daerah taklukan sebagai warga negara yang setara.
Sayang, Alexander tidak berumur panjang. Setelah kematiannya, kerajaannya terbagi 4 dan menjadi rebutan di antara para jenderalnya.
Sementara di sebelah barat tumbuh kekuatan baru, Romawi. Secara kondisi, geografis Romawi sedikit lebih baik dari Mongolia. Romawi banyak mengadopsi budaya Yunani dan berhasil menciptakan inovasi militer yang lebih unggul. Dengan mudah Romawi menguasai Yunani.
Romawi juga menyempurnakan konsep kewarganegaraan terhadap rakyat taklukan yang diterapkan Alexander. Dan menciptakan sistem politik yang lebih baik, menyebabkan Romawi sanggup bertahan selama 5 abad berikutnya.
Jadi secara politik, Yunani telah hancur bersama dengan kematian Alexander. Tapi secara budaya, Yunani masih ada, hanya bertransformasi menjadi budaya Romawi (kemudian menjadi Byzantium), dan budaya helenistik pada kerajaan pecahannya.
Kenapa Yunani tidak sanggup mengembalikan kejayaannya?
Sama seperti Mongol, Yunani terlalu mengandalkan kekuatan militer untuk menjadi negara besar. Dan terlalu sentralistik kepada figur Alexander. Ketika kedua hal ini tidak ada lagi, maka Yunani bukanlah apa-apa.
Hal ini tidak hanya terjadi pada kerajaan Mongolia dan Yunani tapi juga semua kerajaan besar lain.