
Dua-duanya benar.
Awalnya, para paleontolog mengira tubuh dinosaurus tertutup kulit bersisik seperti reptilia saat ini. Hipotesis tersebut dibenarkan oleh temuan langka beberapa fosil dinosaurus yang terfosilisasi dengan baik, sehingga sisiknya masih terawetkan. Contohnya adalah sisik Hadrosaurus.
Fosil Borealopelta juga terawetkan dengan sangat baik, sehingga kita bisa melihat detail tulang dan osteoderm (sisik bertulang, seperti milik buaya dan komodo) yang menyusun permukaan tubuhnya. Fosil ini begitu bagus kondisinya, sehingga para paleontolog berkata, "Binatang ini seakan hanya sedang tidur, dan suatu hari nanti akan bangkit kembali."
Sampai tahun 1990-an, anggapan dinosaurus berbulu hanya dianggap omong kosong. Semua berubah setelah penemuan di Tiongkok mengungkap bahwa ternyata banyak dinosaurus berbulu, baik berukuran kecil maupun besar.
Sebagian dinosaurus tersebut memiliki bulu yang menutupi sebagian besar permukaan tubuhnya, dan sebagian lagi memiliki bulu yang hanya tumbuh di bagian tubuh tertentu.
Fosil Sinosauropteryx, misalnya, dengan jelas menunjukkan deretan bulu, meskipun pendek, yang tumbuh di leher, punggung, dan ekornya.
Beberapa dinosaurus bahkan mengembangkan bulu airfoil sebagaimana yang terdapat pada burung saat ini, sehingga mereka dapat terbang. Contohnya Microraptor.