Kisah 7 Orang yang Dihukum Mati tapi Ternyata Tak Bersalah (Bagian 1)


William Blackstone, seorang ahli hukum dari Inggris, menyatakan, "Lebih baik sepuluh orang bersalah dibebaskan, daripada satu orang yang tidak bersalah menderita."

Ungkapan dimaksudkan agar aparat hukum selalu berhati-hati dalam menangani kejahatan dan pihak-pihak yang tertuduh. Asas praduga tak bersalah harus dikedepankan, agar jangan sampai orang yang tidak bersalah dihukum.

Sayangnya, hal ideal semacam itu kadang tidak terjadi. Ada orang-orang yang sebenarnya tidak bersalah tapi mendapat hukuman. Masalah jadi makin tragis ketika orang tak bersalah itu telanjur dihukum mati. Itulah yang terjadi pada tujuh orang berikut ini.

1. Carlos De Luna 

Pada Februari 1983, Wanda Lopez ditikam sampai mati saat bekerja shift malam di stasiun pompa bensin di Texas, tempat ia bekerja. Setelah perburuan singkat, polisi menemukan De Luna bersembunyi di bawah truk pick-up. Belakangan, ia dibebaskan dari penjara, tetapi melanggar pembebasan bersyaratnya dengan minum-minum di depan umum.

De Luna mengatakan kepada polisi bahwa dia tidak bersalah, dan menyebutkan nama orang yang ia lihat di pom bensin sebelum kejadian pembunuhan tersebut. Namun polisi mengabaikannya, juga fakta bahwa tidak terdapat setetes pun darah korban pada dirinya, meskipun di TKP banyak darah. 

De Luna ditangkap terlalu cepat setelah kejahatan itu. Saksi mata tunggal untuk kasus itu, Kevin Baker, menegaskan kepada polisi bahwa De Luna adalah pembunuhnya.

Di persidangan, De Luna menyatakan melihat Carlos Hernandez sebagai orang yang dilihatnya di pompa bensin, sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan tersebut. De Luna melihatnya dari seberang jalan dari bar tempat ia minum.

Hernandez dan DeLuna sangat mirip dalam penampilan. Tetapi, tidak seperti De Luna, Hernandez memiliki sejarah panjang penyerangan dengan menggunakan senjata tajam, dan dia berulang kali mengatakan kepada teman-teman dan kerabatnya bahwa ia telah melakukan pembunuhan itu. 

Teman-temannya menegaskan bahwa dia tertarik dengan Lopez. Pengacara De Luna tahu tentang masa lalu kriminal Hernandez, tapi mereka tidak pernah menyelidiki secara menyeluruh kejahatan sebelumnya. Pada 7 Desember 1989, Carlos De Luna, 27 tahun, dieksekusi.

2. Larry Griffin 

Pada 26 Juni 1980 di St Louis, Missouri, Quintin Moss (19 tahun) tewas di kendaraanya, karena ditembak. Kesaksian sebagian besar didasarkan pada kesaksian Robert Fitzgerald, seorang kriminal yang menjalani tahanan kota, yang berada di lokasi pada saat pembunuhan. 

Ia bersaksi bahwa ia melihat tiga orang kulit hitam di dalam mobil ketika tembakan terjadi, dan Larry Griffin menembak korban melalui jendela mobil dengan tangan kanan.

Hal ini disampaikan pengacara korban pada saat sidang pembunuhan pertama Griffin, dan dia tidak menentang kesaksian tersebut meski dirinya kidal. Ia juga gagal membawa saksi alibi yang bersama Griffin pada saat pembunuhan itu terjadi.

Sidik jari Griffin juga tidak ditemukan di mobil atau di senjata. Ada bukti yang menyatankan, Fitzgerald dijanjikan pengurangan hukuman sebagai imbalan atas kesaksiannya.

Jaksa juga gagal ke alamat dua saksi lain yang membenarkan bahwa Griffin tidak melakukan pembunuhan tersebut, dan mereka menemukan tiga orang lainnya yang menguatkan keyakinannya bahwa Griffin adalah pelakunya. 

Griffin dieksekusi dengan suntikan mati pada 21 Juni 1995. Griffin mempertahankan hak tidak bersalah sampai eksekusinya. Pada 2005, seorang profesor Universitas Michigan Law School membuka kembali kasus ini. Investigasinya menyimpulkan bahwa Griffin tidak bersalah.

3. Ruben Cantu 

Pada malam 8 November 1984, Ruben Cantu dan temannya, David Garza, masuk ke sebuah rumah kosong di San Antonio yang sedang dalam pembangunan renovasi, dan melihat dua orang sedang dirampok di bawah todongan senjata. 

Dua korban adalah Pedro Gomez dan Juan Moreno, mereka pekerja yang tidur di kasur lantai di lokasi konstruksi, menjaga barang-barang kontruksi dari pencurian. Para perampok tersebut mencoba mengambil uang mereka, dan terganggu oleh upaya Gomez saat berusaha mengambil pistol yang tersembunyi di bawah kasurnya. Perampok tersebut menembak Gomez hingga tewas.

Mereka berpikir telah membunuh dua orang pekerja tersebut, kemudian meninggalkan TKP. Polisi menunjukkan foto-foto tersangka kepada Moreno, termasuk gambar Ruben Cantu, dan ia tidak dapat mengidentifikasi penyerangnya. 

Atas dasar tidak ada bukti fisik, dan hanya kesaksian Moreno, kasus tidak dapat dilanjutkan. Tetapi selanjutnya Juan Moreno mengatakan bahwa ia merasa mendapat tekanan dari polisi untuk mengakui keterlibatan Ruben Cantu.

Sedangkan David Garza, teman Cantu, telah mengakui keterlibatannya dalam serangan, pencurian dan pembunuhan. Dia mengatakan masuk ke dalam rumah dengan anak laki-laki lain, dan tidak terlibat dalam perampokan, tetapi melihat pembunuhan terjadi. 

Sayangnya, David Garza tidak menyebutkan bahwa anak laki-laki lain yang bersamanya adalah Ruben Cantu. Tanggal 24 Agustus 1993, Ruben Cantu pada usia 26 dieksekusi dengan suntikan mati. Permintaan terakhirnya adalah untuk sepotong permen karet, yang ditolak.

Baca lanjutannya: Kisah 7 Orang yang Dihukum Mati tapi Ternyata Tak Bersalah (Bagian 2)