
Bagaimana cara ilmuwan dapat mengetahui bentuk, warna kulit, hingga suara yang dikeluarkan hewan-hewan purba pada jutaan tahun lalu, padahal yang tersisa dari mereka hanya tulang-belulangnya saja?
Fosil memberi kita banyak informasi, terutama bentuk. Sebagian besar fosil memang ditemukan dalam keadaan parsial alias terpecah-pecah. Paleontolog bisa menggali berhari-hari, dan hanya menemukan sepotong tulang kaki atau beberapa gigi dan pecahan rahang.
Namun, terkadang mereka juga menemukan fosil yang relatif utuh, dan itu merupakan kejadian istimewa. Dari fosil utuh itulah mereka bisa mengetahui bentuk pasti hewan prasejarah.
Tapi, kalaupun tidak, ada cara untuk mengetahui bagian mana terpasang di mana. Paleontologi berteman akrab dengan ilmu lain seperti komparasi anatomi dan morfologi. Dengan demikian, mereka tidak mungkin memasang tengkorak gajah di tubuh kelinci atau memasang kaki depan dinosaurus karnivora ke dinosaurus herbivora berleher panjang… kecuali dalam beberapa kasus.
Bagaimana mengetahui warna kulitnya?
Jelas lebih sulit, karena kulit hewan prasejarah, terutama dinosaurus dan hewan yang lebih tua, akan terurai. Kita masih bisa memperkirakan warna megafauna di Periode Tersier dan Kuarter, karena kerabat-kerabat mereka masih banyak yang hidup saat ini. Namun, untuk dinosaurus dan hewan sebelum dinosaurus, kita hanya bisa meraba-raba.
Tetap saja, satu-dua kali alam berbaik hati untuk memberi sedikit ‘spoiler’ lewat beberapa fosil.
Bagaimana mengetahui suaranya?
Ini lebih sukar lagi. Tapi, sekali lagi, merekonstruksi suara hewan-hewan di Era Kenozoikum (Tersier dan Kuarter) relatif lebih mudah dibanding dinosaurus dan hewan sebelumnya.
Untuk dinosaurus, biasanya paleontolog hanya bisa mengira-ngira, namun ada kelompok dinosaurus yang bisa dijadikan gambaran mengenai seperti apa suara dinosaurus itu, yaitu Hadrosauria atau kelompok dinosaurus berparuh bebek yang berjengger:
Beberapa dari mereka memiliki jengger tulang yang berongga, penuh ruangan-ruangan vokalisasi. Saat direkonstruksi dengan bantuan komputer dan teknologi cetak 3-D, mereka mengeluarkan suara yang mirip trombon.
Perlu kita ketahui, kehidupan prasejarah tidak hanya meninggalkan jejak tulang, gigi, tanduk, dan cangkang saja. Mereka meninggalkan tipe fosil yang jauh lebih banyak, seperti fosil jejak kaki.