Apakah Suara T. Rex dalam Film Memang Nyata atau Cuma Perkiraan?


Apakah suara auman dinosaurus semacam T. Rex yang kita tonton di banyak film adalah fakta, ataukah perkiraan saja? Bila fakta, bagaimana seorang peneliti merekonstruksi suara masing-masing hewan di zaman prasejarah?

Suara raungan Tyrannosaurus di film Jurassic Park adalah suara perkiraan yang tidak akurat secara ilmiah, namun sukses mengangkat franchise itu (nama Tyrannosaurus) sebagai dinosaurus yang mengerikan dan keren.

Suara raungan Tyrannosaurus merupakan rancangan dan gabungan dari suara hewan-hewan tertentu, yaitu suara teriakan bayi gajah, suara deguk aligator, dan suara geraman harimau. Sedangkan suara napas Tyrannosaurus diambil dari suara lubang tiup (blowhole) paus.

Hasilnya adalah suara menggetarkan yang senantiasa terngiang.

Lalu, sebenarnya seperti apa suara Tyrannosaurus?

Beberapa paleontolog telah berusaha memprediksi suara Tyrannosaurus, mengingat dinosaurus itu merupakan dinosaurus terpopuler yang pernah ada. Namun, mereka tidak menggunakan suara dari hewan mamalia predator (singa, harimau, serigala) atau mamalia lain, karena dinosaurus lebih berkerabat ke burung dan reptil dibanding ke mamalia, jadi para paleontolog mengambil gagasan lain.

Sebagian paleontolog, seperti Julia Clarke dari University of Texas, mengambil contoh dari suara aligator Tiongkok (Alligator sinensis) dan Eurasian spoonbill (Platalea loucorodia). Kemudian memperbesarnya hingga cocok dengan hewan seukuran Tyrannosaurus.

Hasilnya adalah suara bass yang rendah dan dalam, begitu dalam sampai-sampai getarannya secara harfiah bisa dirasakan berdentum dan menjalar sampai jarak yang jauh. 

Julia Clarke berpendapat bahwa suara tersebut mungkin saja, mengingat Tyrannosaurus juga memiliki pendengaran yang baik, ditandai dengan berkembangnya bagian otak yang memproses suara, sehingga ada kemungkinan hewan ini bisa mendengar suara dari jarak yang sangat jauh, mirip gajah.

Namun, sampai saat ini kita tetap tidak tahu persisnya seperti apa suara dari dinosaurus non-avian yang telah punah, karena tidak ada organ yang menunjukkan vokalisasi mereka. Kita cuma bisa meraba-raba dengan mencari tahu melalui leluhur terdekatnya, yaitu buaya dan burung.

Karena, rupanya beberapa dinosaurus mengembangkan bagian tubuh khusus untuk masalah vokalisasi ini. Misalnya Parasaurolophus.

Parasaurolophus adalah sejenis dinosaurus berparuh bebek (Hadrosauridae) yang lebih spesifiknya lagi termasuk dalam kelompok Lambeosaurinae. Kelompok Lambeosaurinae terkenal karena memiliki aksesoris kepala yang beragam, namun salah satu yang paling menarik perhatian para paleontolog tentu saja Parasaurolophus, karena mempunyai jengger berbentuk tabung yang panjangnya bisa sampai 100 cm.

Sejak pertama ditemukan tahun 1920, para paleontolog berdebat mengenai kegunaan jengger besar ini. Namun, hipotesis yang terkuat adalah bahwa jengger ini, bersama dengan jengger milik Lambeosaurinae lain, terutama berguna sebagai dimorfisme seksual (pembeda jantan dan betina) serta berperan dalam vokalisasi alias suara.

Paleontolog telah mengetahui bahwa jengger besar itu terbuat dari tulang, tapi ternyata tidak padat. Ada rongga dan ruangan di dalam jengger yang memungkinkan pemiliknya menyalurkan udara lewat situ. 

Karena penasaran, paleontolog membuat model komputer tengkorak Parasaurolophus dan mensimulasikan suara yang melewatinya. Hasilnya adalah Parasaurolophus mampu mengeluarkan suara mirip trombon. 

Para ahli berhipotesis bahwa suara ini digunakan Lambeosaurinae untuk saling mengenali anggota dari jenisnya sendiri, menarik perhatian betina saat musim kawin, atau bahkan untuk menakut-nakuti predator.

Selain Parasaurolophus, ada banyak sekali dinosaurus herbivora yang punya jengger, misalnya Corythosaurus, Lambeosaurus, dan Velafrons.