7 Komik Eropa yang Pernah Sangat Terkenal di Indonesia (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (7 Komik Eropa yang Pernah Sangat Terkenal di Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Tahun 1999, operasi katarak berikutnya berhasil ia jalani, namun sayang ia terkena emphysema. Kesehatannya berangsur menurun, dan Don Lawrence akhirnya pensiun dari dunia seni lukis komik. Tahun 2003, artis komik yang bakatnya luar biasa ini meninggal pada usia 75 tahun karena emphysema.

Hampir semua seri Storm dilukis oleh Don Lawrence, sampai wafatnya sang kreator. Ia kemudian digantikan oleh Dick Matena, Romano Molenaar, dan Jorg De Vos. 

Penulis setia Storm, Martin Lodewijk (kreator tokoh komik Eropa populer Agent 327 dan pernah juga menulis salah satu seri Lucky Luke) yang beberapa kali menulis cerita Storm pada era Don Lawrence, menjadi suksesor pengarah cerita terbaru yang mulai dilanjutkan kembali sejak 2007.

4. Lucky Luke

Tidak semua cerita koboi berasal dari Amerika Serikat, termasuk komik termahsyur yang satu ini. Walaupun setting action-komedi Lucky Luke adalah ‘kawasan barat yang buas’ seperti yang biasa diceritakan dalam kisah koboi Amerika, namun Lucky Luke murni ciptaan Morris alias Maurice de Bevere, komikus asal Belgia. 

Dia juga yang melukis semua kisah Lucky Luke sejak tahun 1946 hingga 2001, bekerja sama dengan sejumlah penulis terkenal, termasuk Goscinny – kreator Asterix. Di Eropa, kepopuleran Lucky Luke hanya bisa ditandingi oleh Smurf, Asterix dan Tintin.

Alkisah, Lucky Luke adalah seorang koboi yang menjadi legenda di barat, ia konon bisa menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri. Dalam melalui semua petualangannya, Luke ditemani oleh kuda yang kocak bernama Jolly Jumper dan (kadang) anjing bodoh bernama Rantanplan (parodi dari anjing pintar Rin Tin Tin). Karena kepopulerannya, anjing bodoh ini pernah memiliki seri komiknya sendiri. 

Luke juga memiliki musuh bebuyutan, yakni empat bersaudara Dalton (Joe, William, Jack dan Averell Dalton) yang sering keluar masuk penjara (kadang disertai juga dengan ibu mereka, Ma Dalton). Beberapa kali saat berpetualang, Luke digambarkan kerap berjumpa dengan legenda-legenda barat seperti Calamity Jane, Billy The Kid, dan Jesse James.

Seperti komik lain, Lucky Luke juga pernah mengalami pasang surut, salah satunya adalah sorotan mengenai rokok yang selalu tersemat di mulutnya. Karena komik ini menjadi bacaan kegemaran anak-anak, Lucky Luke dikhawatirkan akan memberi dampak buruk dengan mengajarkan merokok sejak usia muda. 

Walaupun awalnya sempat menolak mengikuti anjuran, Morris akhirnya mengubah rokok yang selalu tersemat di mulut Luke menjadi sebatang rumput pada seri-seri terbaru (walaupun dalam beberapa komik Luke sempat terlihat menyematkan rokok lagi).

Petualangan pertama Lucky Luke berjudul ‘Arizona 1880’, muncul dalam almanak majalah komik Le Journal de Spirou pada 7 Desember 1946. Untuk penulisan naskah cerita, Morris meminta bantuan Rene Goscinny, hingga tahun 1977 saat kreator Asterix tersebut meninggal. 

Setelah Goscinny, terhitung empat penulis lain juga menulis lanjutan kisah Luke, baik melalui majalah Spirou ataupun Pilote. Meninggalnya Morris pada tahun 2001 membuat tanggung jawab petualangan koboi kocak ini dibebankan kepada duet artis baru, Achde dan Laurent Gerra. 

Petualangannya yang heboh membawa Lucky Luke diterjemahkan ke dalam video games, film seri TV, film animasi dan beberapa film layar lebar (yang terbaru adalah film produksi Perancis tahun 2009 dengan bintang utama Jean Dujardin sebagai Luke).

Ada yang khas di setiap akhir petualangan Lucky Luke. Koboi kocak ini selalu berkuda menuju matahari terbit atau terbenam, dan menyanyikan lagu yang sama, “I’m a poor lonesome cowboy, and a long away from home…”

3. Smurf

Siapa yang tidak jatuh cinta pada penampilan para Smurf? Makhluk kecil biru imut bertopi putih dan memiliki ekor mungil yang mirip kurcaci dengan penampilan menggemaskan ini tinggal dengan damai di desa Smurf, di tengah hutan di suatu kawasan di Eropa, dan dipimpin oleh Papa Smurf yang menjadi satu-satunya smurf bertopi merah dan berjanggut putih. 

Musuh utama mereka adalah penyihir jahat Gargamel dan kucingnya, Azrael, yang ingin menjadikan Smurf sebagai bagian dari ramuan ajaibnya.

Penampilan para Smurf tak berbeda satu sama lain, hampir semua lelaki, berwarna biru, tubuhnya hanya setinggi tiga buah apel, dan menggunakan celana putih berlubang, tempat ekor mereka yang pendek keluar. Selain itu, mereka juga menggunakan topi unik berwarna putih, dan terkadang aksesoris tempelan yang menandakan karakter mereka. 

Smurf bisa berjalan dan lari seperti orang biasa, namun kadang mereka juga melompat-lompat menggunakan dua kakinya bersamaan. Mereka sangat menyukai daun sarsaparilla. 

Karakter-karakter Smurf sangat unik, ada yang bernama Smurf Pemalas yang tiap hari hanya tidur, Smurf Gerutu yang tidak menyukai apapun, Smurf Terampil, Smurf Petani, Smurf Kacamata yang menyebalkan, Smurf Kekar, Smurf Badut yang suka memberikan hadiah yang meledak, Smurf Gigil yang selalu kedinginan, dan para smurf lain yang memiliki keunikan masing-masing. 

Konon jumlah mereka aslinya ada 99 Smurf, belum termasuk Papa Smurf, Bayi Smurf, dan Smurfin (Smurfin adalah ciptaan Gargamel). Jumlah ini terus bertambah dengan masuknya generasi-generasi baru Smurf.

Pierre Culliford – seorang komikus asal Belgia – yang lebih dikenal dengan nama pena Peyo, mulai memperkenalkan tokoh imut nan unik ini pada 23 Oktober 1958 melalui kisah komiknya yang lain – Petualangan Johan dan Pirlouit, dalam alur cerita ‘Seruling dan Enam Smurf’, yang saat itu dimuat di majalah komik Spirou (Petualangan Johan dan Pirlouit juga pernah diterbitkan di Indonesia). 

Begitu populernya karakter-karakter imut ini, hingga mereka muncul dalam komiknya sendiri setahun kemudian.

Sebenarnya, ‘Smurf’ bukanlah nama yang dipilih oleh Peyo, ia menggunakan kata schtroumpf. Ketika Peyo dan rekan komikus Franquin (pencipta komik Gaston) sedang makan bersama, ia lupa dengan kata ‘salt’ (garam), dan, dengan bahasa Perancis, Peyo pun meminta kepada Franquin secara asal, “Tolong ambilkan schtroumpf-nya”. 

Franquin langsung membalas, “Ini schtroumpf-nya – kalau kamu sudah selesai mengambil schtroumpf, kembalikan schtroumpf padaku.” 

Begitu lucunya kata itu, Peyo dan Franquin kemudian bercakap-cakap dalam bahasa schtroumpf untuk dua hari lamanya, dan menjadi landasan bahasa yang digunakan dalam komik baru Peyo. Kata ini kemudian ‘dipermudah’ menjadi Smurf ketika masuk Belanda, dan kata itu pulalah yang menyebar ke seluruh dunia.

Meninggalnya Peyo pada tahun 1992 tidak menyebabkan produksi komik Smurf terhenti. Asisten Peyo melanjutkan para karakter fenomenal ini untuk meraup kesuksesan demi kesuksesan. 

Seperti halnya komik terkenal lain, Smurf juga diterjemahkan ke permainan video games, film animasi (terkenal di Amerika Serikat melalui seri Hanna-Barbera), taman hiburan, pernak-pernik, dan berbagai macam media lain. 

Akhir tahun 2010, film Smurf diluncurkan dengan setting Manhattan (tentunya karena film tersebut diproduksi oleh Hollywood) dengan para Smurf dibuat secara animasi 3D.

Baca lanjutannya: 7 Komik Eropa yang Pernah Sangat Terkenal di Indonesia (Bagian 3)