Semua orang melakukannya di Jerman. Mereka melakukannya di antara pepohonan hutan Black Forest. Di Pegunungan Harz yang ajaib. Di taman nasional Bavaria di bawah sinar bulan. Dan di hutan tengah kota Berlin dan Munich. Sesekali ditemukan ada yang telanjang di sana.
Ini adalah eksplorasi dari hubungan cinta yang banyak orang tidak mengetahuinya, tentang sesuatu yang sama sekali berbeda: waldeinsamkeit, istilah Jerman kuno untuk perasaan; "menyendiri di dalam hutan".
Warga Jerman memiliki kosa kata yang sangat menggugah tanpa penerjemahan langsung dalam bahasa Inggris, dengan beberapa ekspresi deskriptif yang melankolis menemukan tempat dalam percakapan.
Misalnya, wanderlust (keinginan untuk bepergian), atau heimat (ikatan emosional dengan tanah air) dan ada juga fernweh (kerinduan akan tempat yang jauh).
Ketik waldeinsamkeit ke dalam mesin penerjemah Google, dan hasilnya adalah — "kesunyian di hutan" — tidak banyak menjelaskan arti sebenarnya: perasaan yang tercerahkan yang datang dari kegiatan menyendiri di dalam hutan.
Ini adalah kata Jerman yang pada dasarnya tidak dapat diterjemahkan, namun karena pandemi dan lockdown nasional (dimana Jerman dan beberapa daerahnya melakukan lockdown), semangat waldeinsamkeit sebagai filosofi semakin hidup.
Dengan lebih banyak waktu luang, lebih banyak fleksibilitas dan lebih banyak tekanan di dalam rumah, tetapi juga lebih sedikit hiburan alternatif, orang Jerman yang mencari ketenangan, udara segar dan kesendirian seperti pertapa, berjumlah yang lebih besar dari sebelumnya.
Ada kerinduan yang nyata — mengalami dan merasakan hidup yang sesungguhnya — dan teramati bahwa di dalam hutan cemara, konifer, beech, ek, dan birch yang tanpa pembatasan di negara itu, lebih sibuk dari sebelumnya.
Penelitian yang diterbitkan oleh European Forest Institute di Bonn menemukan bahwa area di dalam hutan yang dipantau di Rhine-Westphalia Utara selama lockdown pertama dan kedua mengalami ledakan pengunjung yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena orang yang melakukan rekreasi hutan dua kali lebih banyak daripada masa sebelum pandemi.
Para penulis menyimpulkan bahwa ledakan yang disebabkan oleh pandemi mengungkapkan bahwa warga Jerman sekali lagi kembali ke hutan untuk menyendiri, dan hutan-hutan di sana menjadi infrastruktur penting bagi kesehatan publik nasional dan masyarakat pada umumnya.
"Dalam penelitian kami, para pengunjung mengatakan, mereka menemukan ketenangan, dan sejauh ini hal tersebut merupakan motivasi paling kuat untuk pergi ke hutan," kata peneliti Institut Hutan Eropa, Jeanne-Lazya Roux.
"Studi lainnya menunjukkan bahwa ada kebangkitan kembali dalam memperlakukan hutan sebagai atribut spiritual mereka, atau mengembalikan nuansa spiritualnya hutan ini, sebagaimana kami menyebutnya."
Untuk pemula, tidak ada pengenalan yang lebih baik dalam mengenali ideologi waldeinsamkeit selain berkunjung ke Black Forest.
Dengan luas sebesar 6.000 km persegi, hutan yang mencakup semua area di Baden-Württemberg hampir setengah ukuran Irlandia Utara, area pepohonan birch dan beechnya yang luas, kaya akan dongeng rakyat dan legenda pembuatan jam kukuk.
Seolah-olah muncul dari halaman cerita dongeng, bagian dari hutan Black Forest ini tebal dengan pepohonan, berisi jalur hutan yang luas yang terhubung ke dusun, puncak bukit, padang rumput tinggi, dan hanggar pinus, elm, dan ek Skotlandia.
Profesor Nikolaus Wegmann, seorang Jermanis dan sejarawan sastra di Universitas Princeton, memberi tahu bahwa waldeinsamkeit divalidasi ulang karena orang-orang menyerap filosofi tersebut ke dalam kehidupan pasca-pandemi mereka.
Bahkan rata-rata orang Jerman akan kesulitan untuk mengidentifikasi asal muasal ide tersebut.
"Di satu tingkat, waldeinsamkeit adalah gabungan sederhana dari kata ‘hutan’ (wald) dan ‘kesepian’ (einsamkeit), tetapi di tingkat lain itu mewakili jiwa masyarakat Jerman yang lebih dalam," kata Wegmann, yang mengajar mata kuliah tentang sastra Jerman dan tradisinya, termasuk waldeinsamkeit.
Dengan memperhatikan bentang alam di negara Jerman, tidak sulit untuk mengetahui alasannya. Dengan 90 miliar pohon, 76 spesies pohon, dan sekitar 1.215 spesies tumbuhan yang membentuk hutan-hutan di Jerman.
Luas area yang ditutupi tumbuhan dan pepohonan lebih dari 100.000 km persegi, yang setengahnya adalah milik negara, dan secara keseluruhan 33% dari luas daratan negara adalah hutan. Secara budaya, sangat jelas bahwa wilayah di Jerman terdapat sangat banyak pepohonan.
Dari dongeng Brothers Grimm, di mana hutan melambangkan dunia khayalan, hingga tulisan ahli kehutanan Jerman, Peter Wohlleben (yang menulis buku terlaris New York Times: The Hidden Life ofTrees: What They Feel, How They Communicate), kehidupan hutan hampir tak bisa dihindari.
"Konsep pergi ke hutan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari bagi kami orang Jerman," kata Wegmann. "Meskipun kami adalah salah satu negara dengan industri paling maju di dunia, Anda tidak perlu pergi mencari hutan di sini. Kami adalah warga hutan, bahkan sejak Kekaisaran Romawi, rakyat Romawi menggambarkan kami seperti itu."
Secara khusus, Wegmann mengacu pada sejarawan Romawi Publius Cornelius Tacitus, yang merupakan sarjana pertama yang menulis tentang suku-suku Jerman dan kecintaan mereka pada hutan di Jerman, catatan sejarahnya ditulis pada tahun 98 M tentang tanah Teuton kuno.
Baca lanjutannya: Waldeinsamkeit, Tradisi Kuno Orang-orang Jerman Menyendiri di Hutan (Bagian 2)