Tragis, Kisah Tunawisma Membunuh Orang yang Tulus Membantunya


Pada bulan Maret 2016 silam, ibu dengan dua anak, Tracey Wilkinson, melihat Aaron Barley yang sedang menggigil kedinginan di sebuah kotak kardus depan Tesco. Merasa kasihan, Tracey menawarkan diri untuk mengantarkan Aaron ke sebuah hostel.

Walaupun sekarang memiliki atap untuk berlindung, Aaron tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Jadi Tracey mengatur sarapan dan makan malamnya. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan cara mengundangnya ke rumah untuk makan malam bersama keluarga Wilkinson. 

Aaron berkata, "Aku hanya butuh seseorang untuk memberikanku sebuah kesempatan. Aku butuh seseorang untuk memberiku keberuntungan."

Mendengar hal ini, suami Tracey, Peter Wilkinson, memberinya pekerjaan di perusahaan manufaktur miliknya, sampai akhirnya Aaron mampu menyewa flat sendiri.

Sayangnya, Aaron mulai kecanduan narkoba dan keluar dari jalan yang benar. Managernya melaporkan tingkat absensinya yang tinggi, dan juga perilaku agresifnya. Tindakan agresifnya ini membuatnya diusir dari flat-nya. 

Wilkinson, yang kemudian menemukannya tidur di teras rumahnya, memutuskan untuk menolongnya lagi kedua kalinya. Mereka menyiapkan council housing (semacam rumah susun milik pemerintah) untuknya, membelinya dengan uang mereka sendiri. Dia bahkan diundang untuk menghabiskan Hari Natal dengan keluarga Wilkinson. 

Setelah itu, Aaron menulis surat untuk Tracey, berjudul “Untuk sosok ibu yang tidak pernah kumiliki”.

Pada bulan Maret 2017, Aaron kembali ke rumah keluarga Wilkinson. CCTV yang terpasang di rumah Wilkinson menunjukkan bahwa dia menunggu selama beberapa jam bersembunyi. Mr Wilkinson menjalani rutinitasnya; pergi untuk membawa anjingnya jalan pagi. Dan seperti biasa, pintu belakang dibiarkan tidak terkunci (perumahan ini biasanya sangat aman). 

Saat itulah Aaron Barley menyerang. Dia menikam Tracey dan putranya yang berusaha 13 tahun, Pierce, hingga tewas. Ketika Peter Wilkinson kembali ke rumahnya 25 menit kemudian, ia diserang habis-habisan oleh Aaron. Namun, tidak seperti istri dan anaknya, Peter Wilkinson masih cukup beruntung dan selamat dari serangan itu.

Peter Wilkinson kemudian menjelaskan (setelah masa penyembuhan yang lama di rumah sakit), "Aaron berkata, 'Mati kau, bajingan' saat dia menusukkan pisaunya ke badanku. Setelah dia menyerangku, aku berkata, 'Aaron, we tried to help you', dan kemudian dia membenamkan pisaunya di perutku, dan mengulangi perkataannya, 'Mati kau, brengsek'."

Aaron Barley kemudian mencuri mobil keluarga Wilkinson, lalu menabrakannya tak jauh dari tempat kejadian, di mana setelah itu dia ditangkap polisi.

Dengan cepat, kisah ini menjadi berita panas.

Lydia Wilkinson, anak pertama Peter dan Tracey, saat itu sedang kuliah di luar kota. Dia mengetahui tragedi ini ketika melihatnya di berita. Ia sadar bahwa kejadian itu terjadi di kota asalnya, dan kemudian menyadari bahwa gambar di foto itu adalah rumahnya! 

Dia menceritakan bahwa saat itu dia disarankan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi yang terburuk—kalau-kalau ayahnya tidak berhasil bertahan di rumah sakit dan dia menjadi sebatang kara di dunia ini. 

Sampai kini, motif penyerangan itu masih misteri. Dilihat dari manapun, keluarga Wilkinson bermaksud baik dengan membantu Aaron. Akan tetapi ada kabar bahwa seminggu sebelum pembunuhan, keluarga Wilkinson memutuskan untuk berhenti membayar tagihan ponsel Aaron. Diperkirakan bahwa inilah yang memicu penyerangan tersebut.

Aaron Barley tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Dia berkata, satu-satunya penyesalan yang dirasakannya disebabkan oleh kegagalannya membunuh si ayah, Peter Wilkinson.

Aaron memang memiliki awal kehidupan yang buruk. Dia adalah produk hasil incest. Ibu dan ayahnya adalah keponakan dan paman. Dia menghabiskan masa kecilnya dengan berpindah-pindah rumah. Namun tidak ada alasan baginya untuk merencanakan pembunuhan atas sebuah keluarga yang telah sepenuh hati membantunya.