
Kalaupun Leonardo Da Vinci baru menjadi pelukis, dia akan tetap hebat, karena dua karyanya, The Last Supper (Perjamuan Terakhir) dan Mona Lisa.
Namun, Da Vinci bukan hanya sekadar pelukis atau seniman. Dia juga insinyur, arsitek, ilmuwan, penemu, pembuat peta, ahli anatomi, ahli botani, dan penulis. Da Vinci bukanlah orang yang bisa disebut "Jack of all Trades". Justru dia adalah master di hampir setiap bidang, seorang polimatik dan jenius sejati.
Karena Da Vinci tidak berpendidikan formal bahasa Latin dan matematika, banyak yang mengabaikan karya ilmiahnya. Padahal, jurnalnya menunjukkan bahwa pemikiran Da Vinci jauh melebihi zamannya. Dia membuat catatan tentang janin manusia dan gerakan lengan, sebelum ilmu kedokteran mengetahuinya.
Jika kita melihat jurnal dan gambar tersebut, jelas bahwa Da Vinci mempunyai pemahaman penting bagi masa depan. Bahkan, semua itu sangat sesuai dengan penemuan medis yang kemudian dipelajari dari tubuh manusia.
Tak hanya itu, Da Vinci juga mempelajari efek cahaya pada bola, lalu menerapkan itu ke dalam lukisannya. Kontras ekstrem cahaya dan bayangan dalam lukisan adalah hasil studinya tentang efek cahaya.
Da Vinci termasuk salah satu orang paling awal yang mengkaji dimensi tubuh manusia, membedah mayat untuk mempelajari anatomi, dan menggambarnya. Gambarannya sangat mirip dengan milik mahasiswa kedokteran modern.
Selain itu, dia juga menggambar peta pada saat kartografi belum jadi ilmu yang maju.
Matematika adalah kontribusi utama Da Vinci yang lain, ketika dia mempelajari polihedron di jurnalnya. Kemudian, jauh sebelum orang lain, dia juga membuat konsep tank dan helikopter.
Leonardo Da Vinci berpengetahuan luar biasa mengenai prinsip-prinsip hidrolik, desain mekanis, kantilever, katrol. Dia tahu prinsip momentum, gaya sentripetal, dan benar-benar menerapkan semua ke dalam penemuannya.
Singkatnya, Da Vinci bukan hanya seniman yang brilian; dia juga seorang ilmuwan, penemu, dan arsitek yang sama hebat, yang idenya jauh lebih maju dari zamannya.