
Mustafa Saddam Hussein adalah cucu Saddam Hussein. Saat berusia 14 tahun, dengan senapan otomatis di tangannya, dia adalah orang terakhir yang melawan tentara Amerika Serikat dalam penyerbuan kediaman mewah Sheikh Navajfa Zeidan di Mosul, 31 Juli 2003.
Saat itu ia merupakan satu-satunya penghuni rumah yang masih hidup, dan di sebelahnya terbujur mayat ayahnya, Qusay, pamannya, Uday, dan pengawal mereka, Abdel-Samad.
Menurut kesaksian tentara Amerika Serikat yang turut dalam operasi tersebut, ketika mereka menerobos masuk ke dalam rumah, Mustafa Hussein menghujani mereka dengan tembakan dari sebuah senapan mesin.
Pasukan Amerika Serikat yang berjumlah 400 orang memblokirnya. Setelah tentara penyerbu membunuh paman dan sang ayah di depan matanya, sang bocah balas menembak dan menewaskan 14 prajurit infanteri Amerika dengan senapannya. Baku tembak dengan cucu Saddam Hussein tersebut berlangsung sekitar enam jam.
Ketika tentara Amerika Serikat berhasil membunuh Mustafa, mereka kaget karena mengetahui baru saja melawan hanya satu orang begitu lama. Mereka semakin terkejut begitu mengetahui bahwa orang tersebut masih seorang bocah.
Di akhir artikel tentang Mustafa di New York Times, jurnalis Robert Eysk menulis: "Andai kita memiliki seseorang seperti bocah ini, kita akan membangun monumen untuknya di setiap kota."
Keberaniannya akan terus diceritakan di mana-mana, dan ia akan menjadi contoh bagi generasi muda yang ingin meniru keberanian tersebut.