Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Fakta-fakta Ilmiah yang Dilanggar Film-film Hollywood - Bagian 3). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Petarung
Dalam pertarungan, prinsip seleksi alam juga berlaku. Seorang yang tidak pernah dipukul akan sulit memukul. Film yang paling mendekati hal ini adalah Fight Club. Dengan tepat, film ini menunjukkan bagaimana sesungguhnya seorang petarung di dunia nyata. Seorang petarung adalah orang yang beradaptasi dengan lingkungan pertarungan.
Masalahnya, menang atau kalah bukan masalah pengendalian diri atau berbagai masalah ketenangan jiwa yang dibicarakan oleh para master di film. Di dunia nyata, masalah menang atau kalah datang dari ketangguhan, baik dalam kegigihan melawan rasa sakit maupun dari kegigihan menyerang musuh.
Konsekuensinya adalah pemenang dalam pertarungan umumnya orang yang membabi buta, dan dalam keadaan mabuk. Dalam keadaan trans semacam ini, individu tidak merasakan sakit dan terus menyerang hingga akhirnya sang lawan kalah. Dengan kata lain, orang paling ganas (marah) atau paling mabuk adalah petarung yang lebih baik, bukannya orang yang paling tenang dan waras.
Teknik Kedokteran: CPR
Ada beberapa cara yang dipandang Hollywood sebagai cara menyelamatkan nyawa manusia dalam film. Cara-cara ini di dunia nyata tidak segampang di film.
CPR atau cardiopulmonary resuscitation, misalnya, adalah tindakan berbahaya dan seharusnya menjadi cara terakhir jika memang tidak ada cara lain untuk menyelamatkan manusia. Lebih jauh, CPR membutuhkan keterampilan yang tidak sembarang orang bisa melakukannya.
CPR yang dilakukan baik sekalipun dapat berdampak buruk jika memang menyelamatkan orang. Hal ini karena dalam prosedur CPR ada proses menekan dada korban. Dalam proses ini, apalagi di dunia nyata, seseorang yang panik dapat menekan terlalu keras dan mematahkan rusuk korban.
Akibatnya bukan menyelamatkan nyawa orang yang di beri CPR, tapi malah CPR sendiri yang membunuhnya karena rusuk yang patah dapat menusuk jantung atau paru-paru. CPR hanya punya reputasi menyelamatan korban dua hingga lima persen dari seluruh kasus.
Defibrilator
Defibrilator adalah alat pengejut yang biasa diberikan pada orang di film, yang akan mati. Alat ini memberikan kejutan listrik sehingga katanya memicu kembali jantung yang telah berhenti berdenyut. Pada dasarnya, defibrilator bukan ditujukan untuk itu.
Defibrilator ditujukan untuk mengembalikan irama detak jantung. Artinya, jantung orang yang diberi defibrilator adalah jantung yang telah berdenyut, hanya tidak sesuai dengan irama yang seharusnya, bukan jantung yang tidak berdenyut lagi. Tidak ada gunanya menggunakan defibrilator pada orang yang jantungnya tidak berdenyut lagi.
Mengambil Peluru dari Luka
Dalam berbagai film, seorang dokter bisa segera mengambil peluru dari luka tembak seorang korban. Tindakan ini diharapkan menyelamatkan nyawa orang yang tertembak. Kenyataannya tidak demikian.
Peluru yang menembus tubuh manusia sangat berbahaya untuk segera diambil. Hal ini karena peluru tersebut panas. Jika salah mencabut, peluru yang panas justru melukai jaringan lain yang awalnya tidak terkena peluru.
Studi pada 58 pasien luka tembak di bahu setelah empat bulan pelepasan (oleh dokter di lab), menemukan 51 orang mengalami rasa sakit berkelanjutan karena kerusakan jaringan, dan sebagiannya mengalami kelumpuhan di daerah lengan. Cara yang lebih baik adalah menutup luka langsung, dan segera melarikan korban ke rumah sakit.
Memasukkan Benda ke Mulut Orang yang Kejang
Dalam film Alien, terdapat prosedur yang kelihatannya menyelamatkan orang yang kejang, yaitu dengan memasukkan benda ke mulut orang tersebut. Hal ini datang dari asumsi yang salah kalau orang yang kejang dapat menggigit lidahnya atau menutup mulut, hingga jalur udara tersumbat dan mati kehabisan napas.
Memang benar rahang korban kejang akan berderik saat kejang, dan dapat merusak lidah, namun hal ini tidak lebih berbahaya dari mengganjal mulutnya dengan sesuatu agar mulutnya tetap terbuka. Hal ini bukan hanya dapat merusak gigi karena rahang manusia sangat kuat ketika menggigit (apalagi saat kejang), ia juga dapat berpotensi membuat korban tercekik jika benda penahan tersebut terlontar ke dalam saluran udara di mulutnya.
Menutup Luka dengan Pita Pengikat
Dalam film seperti Die Hard dan Jurassic Park, seorang korban tembak segera mengikat bagian atas dan bawah luka agar pembuluh darah tidak mengalirkan darah ke luka dan menghasilkan pendarahan hebat. Hal ini berbahaya, karena segera mematikan jaringan yang tertutup.
Jika yang tertembak lengan, maka dengan memotong aliran darah, bagian bawah tangan akan segera kehabisan aliran darah. Dan apabila dibiarkan, akhirnya akan mati. Pembalutan seharusnya diberikan langsung pada luka, dan tujuannya untuk menutup pendarahan agar tidak bocor, bukan menghentikan aliran darah ke bagian lain tubuh. Setelah luka ditutup, korban harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Kehabisan Bahan Bakar di Udara
Pernah dengar berita pesawat LaGuardia yang kehilangan kemampuan mesinnya saat ditabrak kawanan burung? Pesawat ini dapat bertahan di udara selama empat menit, dan mendarat lembut di atas sungai Hudson. Di film, ketika pesawat kehabisan bahan bakar, pesawat akan jatuh dan membunuh penumpangnya.
Para insinyur pesawat telah memikirkan hal ini, dan tidak ingin pesawat mereka jatuh gara-gara kurang uang untuk membeli bahan bakar. Ketika pesawat udara kehabisan bahan bakar, ia akan berfungsi seperti layangan. Ini artinya, pesawat tidak dapat melaju, tapi dapat turun dengan sudut rendah.
Lokasi datar menjadi tempat yang aman bagi pesawat yang kehabisan bahan bakar. Ketika kehabisan bahan bakar, pilot cukup mencari tempat yang aman untuk mendarat dalam posisi yang terus jatuh. Jadi Indiana Jones tidak perlu melompat dengan parasut dari pesawatnya yang kehabisan bahan bakar.
Kalajengking
Dalam film James Bond, kalajengking digunakan untuk membunuh sang mata-mata. Walaupun ada ribuan spesies kalajengking dan hanya 25-50 yang beracun, mungkin sang penjahat menggunakan kalajengking yang beracun.
Sayangnya, secara statistik kemungkinan orang dewasa mati karena tersengat kalajengking hanyalah satu persen, sementara anak-anak 10%. Tetapi, kalajengking, sekalipun berbisa, tetap berperilaku seperti kalajengking. Ketika bertemu sesuatu yang lebih besar darinya, ia akan bersembunyi dan mencoba kabur.