Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Cerita dan Fakta-fakta Unik di Balik Kuis Who Wants To Be A Millionaire - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Dua kontestan lain yang menjadi jutawan baru adalah David Edwards, seorang guru dari Staffordshire, pada 21 April 2001 dan Robert Brydges, mantan bankir yang menjadi penulis buku anak-anak, yang menjadi pemenang pada 29 September 2001.
Dengan hadiah tersebut, David membeli rumah besar, mengganti mobilnya dengan model terbaru, mengunjungi pamannya ke Australia, berlibur ke Karibia selama beberapa bulan, dan membeli rumah kedua di Prancis. Sedangkan Robert Brydges bisa bekerja dengan tenang menyelesaikan bukunya, karena tidak khawatir akan biaya hidup keluarganya.
Carol Vorderman adalah selebriti pertama yang ikut dalam rangka kegiatan amal (play for charity). Dia berhasil menyumbangkan 125 ribu pound. Andy Gray dan Richard Keys, yang kita kenal sebagai komentator sepak bola liga Inggris di Sky Sport, meninggalkan kursi panas dengan menyumbangkan uang 64 ribu pound.
Ada satu kontestan yang tak terlupakan dan kontroversial. Orang yang lebih dikenal dengan nama Major ini memenangi 1 juta pound pada suatu malam di bulan September 2001.
Setelah tim produser melihat rekaman secara teliti, mereka menyatakan bahwa kontestan tersebut melakukan penipuan selama duduk di kursi panas. Cek senilai 1 juta pound dengan segera ditutup oleh Celador dan penahanan segera dilakukan. Tentu saja, acara tersebut tidak pernah disiarkan.
Kisah dari seluruh dunia
Di India, acara diproduksi di Bollywood. Sebagai presenter adalah Amitabh Bacchan. Banyak di antara kontestan yang lebih tertarik untuk mendapatkan kesempatan bertemu dengannya ketimbang memenangkan hadiah uang.
Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin sangatlah lebar. Mereka bermain untuk hadiah senilai 1 juta rupee, yang hanya setara dengan 100 ribu pound. Nampaknya bukan hadiah besar, tetapi dengan uang tersebut kontestan dapat membeli separuh Kalkuta.
Banyak orang yang tinggal di daerah kumuh, tanpa listrik, apalagi memiliki pesawat TV sendiri. Ratusan hingga ribuan orang menonton siaran TV di pantai menjadi sesuatu yang umum.
Sulit mencari taksi di jalanan ketika siaran berlangsung. Setiap orang menghentikan aktivitasnya, dan menghilang masuk ke rumahnya masing-masing atau pergi ke pantai untuk menonton. Dua acara televisi yang selama itu bersaing, yaitu film dan kriket, tergeser sejak acara ini disiarkan.
Di Hongkong, perusahaan televisi yang membeli hak siar menginginkan acara dipandu dua orang, satu orang yang membacakan naskah pertanyaan di bawah lampu sorot, dan satunya lagi duduk bersama penonton. Hal tersebut ternyata membingungkan dan mengacaukan, sehingga kembali hanya menggunakan satu orang presenter.
Ketika akan disiarkan stasiun TV di Beijing, terlebih dahulu harus melalui proses sensor pemerintah setempat. Tiga hari sebelum penayangan, pemerintah Cina memutuskan untuk memotong hadiah utama menjadi separonya.
Di Venezuela, presenter dirangkap oleh presiden stasiun televisi tersebut. Sementara di Chili, acara dibawakan oleh Don Fransisco, bintang televisi terkenal di Amerika Selatan. Setiap penayangan acara, dia harus terbang dari tempat tinggalnya di Miami ke Santiago dengan jet pribadi. Dia rela melakukan itu semua karena itulah yang diinginkan pemirsa darinya.
Para kontestan di Kolombia harus berhati-hati bila muncul di kursi panas. Dalam situasi yang mudah bergolak dan negara yang tidak aman, mereka ngeri jika diketahui umum memiliki banyak uang. Kesempatan keluar dari studio dalam keadaan selamat semakin kecil.
Bagi yang berani atau cukup gila, muncul di acara ini sudah siap mengganti namanya untuk menutupi jati diri dari kemungkinan pembunuhan atau penculikan disebabkan karena kemenangannya.
Kontestan di Arab Saudi seringkali meninggalkan kursi panas dengan satu, dua, atau bahkan tiga kesempatan bantuan. Memperlihatkan ketidaktahuan akan membekaskan rasa malu bagi sebagian orang Arab.
Tradisi tertentu juga menabukan orang untuk bertanya kepada orang lain. Kontestan seperti ini lebih suka keluar tanpa mendapatkan hadiah uang, daripada dikenai hinaan publik karena bertanya kepada penonton atau menelepon teman. Kaum wanita juga dilarang muncul di acara tersebut.
Di Turki, uang sebanyak 1 juta lira tidak lebih berharga dibandingkan dengan tembakau, sehingga acara ini diubah namanya menjadi Who Wants To Be A Billionaire?
Acapkali orang yang diundang menjadi kontestan mendatangi ‘orang pintar’ setempat untuk menanyakan seberapa banyak hadiah uang yang akan mereka menangkan. Namun sifat alami manusia, jika dikatakan mereka tidak akan mendapatkan uang banyak, mereka cenderung mengabaikan ramalan tersebut dan terus melaju sampai kesempatan berakhir.
Di Eslandia yang berpenduduk 250 ribu jiwa, produser memutuskan untuk mengurangi jumlah kompetitor dari 10 menjadi 6. Ditakutkan hanya dalam beberapa tahun mereka akan kehabisan peserta.
Salah satu kontestan terfavorit di sana adalah seorang pendeta dari sebuah desa kecil. Dia menjanjikan kepada para jemaatnya sebuah gereja baru jika memenangkan hadiah 1 juta krone. Akhirnya janji tersebut terpenuhi. Ketika di Israel acara ini menemukan pemenang 1 juta pound-nya yang pertama, pemandu acara menari berputar-putar di tengah arena sebagai tanda penghormatan.
Di Bulgaria, studio televisi terdekat melewati perbatasan Rumania. Setiap minggu, sebuah iring-iringan bus meninggalkan Sofia menuju Bukharest untuk shooting acara. Setiap bus dihiasi logo acara ini. Rombongan tersebut dikenal dengan nama ‘Millionaire Caravans.’
Di Jerman, seorang kontestan menyatakan akan menceraikan suaminya jika dia bisa menjawab kelima belas pertanyaan dengan benar. Meski terpaksa harus menyerah sebelum pertanyaan kelima belas, dia tetap bertekad menceraikan suaminya.
Pengalaman menarik juga datang dari Georgia. Negara ini mengalami kekurangan energi listrik, kadang-kadang terputus dalam interval lima menitan. Diperlukan waktu seharian untuk merekam satu episode.
Satu dari sekian banyak pemenang di seluruh dunia yang patut mendapatkannya berasal dari negara ini. Orang ini lumpuh dengan kondisi paru-paru yang mengancam hidupnya. Dia harus tinggal di ruangan yang diatur suhu udaranya 24 jam, sehingga sudah enam tahun tidak pernah meninggalkan rumah.
Untuk itu suhu ruangan di studio terus dimonitor oleh dokter yang selama ini merawatnya. Sebuah alat khusus dibuat agar dia bisa menyelesaikan tahap siapa yang paling cepat dan tepat. Pria ini dengan luar biasa berhasil memenangkannya. Di kursi panas, dia sukes mendapatkan hadiah uang yang nilainya setara dengan 125 ribu pound. Hadiah tersebut mengubah kehidupannya.
Setelah sekian lama tidak pernah keluar dari rumah dan membuatnya kesepian tanpa teman, dia sekarang berhubungan dengan banyak orang di seluruh dunia via email dan internet. Dia juga menjadi selebriti yang sering diundang untuk membuka pameran seni. Karena alasan kesehatan, pihak panitia memperkenankan untuk merekam ‘opening speech’ di rumah.
Kontestan di AS yang paling menarik adalah Brian Fodera, yang tidak mendapatkan hadiah sepeser pun, sehingga menjadi perbincangan publik. Kemudian John Carpenter, seorang pemeriksa pajak dari Conecticut, yang pada tahun 1999 membuat lelucon mendebarkan.
Pada kesempatan untuk memenangkan hadiah 1 juta dollar: “Yang manakah diantara presiden AS berikut yang pernah nongol di serial TV Laugh-In?” Dia mengatakan kepada Regis, pemandu kuis, untuk memanfaatkan fasilitas phone a friend untuk menelepon ayahnya.
“Pak, aku sedang menggunakan fasilitas phone a friend denganmu, tetapi sesungguhnya aku tidak membutuhkan bantuanmu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan memenangkan 1 juta dollar.” Setelah itu dia menjawab dengan pasti: Richard Nixon.