
Gitar adalah alat musik yang sangat populer, karena dimainkan banyak orang. Dibanding instrumen musik yang lain, gitar juga paling populer, karena bisa digunakan untuk mengiringi senandung.
Jika kita melihat gitar-gitar saat ini, mungkin bisa dibilang tak ada bedanya, khususnya gitar kopong atau gitar yang biasa dimainkan orang di mana-mana. Namun pernahkah kita memikirkan bagaimana perkembangan gitar hingga mewujud seperti yang sekarang kita kenal?
Berikut ini adalah sepuluh gitar klasik dari berbagai negara, yang bisa dibilang sebagai cikal bakal gitar modern seperti yang kita kenal sekarang.
1. Lute
Dari Eropa Barat di era renaissance, gitar disebut Lute. Ia mempunyai senar, leher gitar, dan berbentuk lonjong di bagian bawah. Lute orisinil dipercaya sebagai karya orang-orang Mesir, dengan kulit hewan sebagai cover.
Tidak diketahui persisnya sejak kapan Lute dibuat dari papan kayu. Berkat pergerakan musik tahun 1900, Lute jadi sangat familiar dengan bentuk gitar modern.
2. Yueqin
Yueqin memiliki banyak nama lain: gitar bulan, moon-zither, gekkin, la ch'in, atau laqin. Ini adalah instrumen tradisional rakyat China. Seperti instrumen lain dalam daftar ini, Yueqin bagai peranakan dari Lute. Rakyat China percaya ini produk dari era dinasti Qin.
Yueqin punya empat senar, sementara yang versi modern memakai senar baja sehingga menghasilkan suara berbeda. Leher gitar dibuat tinggi dari badannya, sehingga jari tak bisa benar-benar menyentuh badan gitar.
3. Bouzouki
Ini instrumen penting dalam perkembangan musik Yunani. Bouzouki lahir dari cerita mitos kontes antara Dewa Apollo dengan Marsyas di tahun ke-4 Sebelum Masehi. Sampai kini, di Yunani, Bouzouki masih dibuat dengan tangan, dari bahan kayu berkualitas dengan ukiran-ukiran indah.
4. Baglama
Saz adalah nama lain Baglama. Ia dikenal di kawasan Mediterania Timur, dan paling banyak digunakan di Turki. Kebanyakan Baglama mempunyai tujuh senar yang terbagi dalam tiga bagian. Baglama diperkirakan lahir pada abad ke-8, dimanfaatkan sebagai alat musik dalam ritual orang zaman dulu. Bahkan, Baglama diperlakukan penuh hormat, seperti dicium dan diusap dulu sebelum dimainkan.
5. Balalaika
Asli dari Rusia, abad ke-17, Balalaika mempunyai bentuk segitiga yang besar. Tiga senar menyertainya. Balalaika merupakan kreasi masyarakat awam yang tak sanggup membeli sebuah Domra. Pada akhirnya, Balalaika melambangkan perjuangan kelas buruh mencapai kehidupan lebih baik.
6. Appalachian Mountain Dulcimer
Appalachian adalah penduduk asli Amerikka Serikat, tetapi Appalachian Mountain Dulcimer disebut buatan Irlandia dan Skotlandia di tahun 1800-an. Appalachian punya tiga sampai empat senar, dan biasanya dibuat dari kayu tua.
Instrumen ini kerap dimainkan di ruangan berukuran kecil dan tertutup, karena ruangan seperti itu menghasilkan efek suara terbaik. Sampai kini, Appalachian masih digunakan di musik country.
7. Sitar
Sitar sudah bergaung di Pakistan, Bangladesh dan India Utara, di abad pertengahan. Ketika George Harrison mengunjungi India bersama band The Beatles, ia begitu tertarik pada sitar sehingga membawanya pulang dan memakainya dalam musik The Beatles. Seketika, popularitas sitar memuncak.
Uniknya, sitar bisa dipasangi sampai 23 senar, tetapi hanya enam atau tujuh yang benar-benar berfungsi.
8. Tahitian Ukulele
Sejak 1990, Tahitian Ukulele bebas diperjualbelikan. Idenya adalah menggunakan sebilah papan kayu seutuhnya, dengan sebuah lubang kecil.
Dengan kelincahan jari warga Tahiti, satu senar saja tak ada tantangannya. Maka mereka memasang delapan sekaligus demi mendapatkan suara lebih tinggi dan tipis.
9. Kutiyapi
Dari Filipina, Kutiyapi hanya punya dua senar. Kutiyapi dibuat dari kayu pohon nangka dan fret dari lilin, populer sebagai instrumen suku asli Filipina.
10. Ektara
Ektara lahir di India, terbuat dari labu yang dikeringkan, atau bisa juga kayu atau kelapa sebagai tubuh dan potongan sebilah bambu sebagai leher. Percaya atau tidak, membunyikan instrumen ini tidak dengan memetik senar, namun meremas kedua bilah bambu.
Tentu saja tidak mudah memainkan instrumen ini, maka yang memainkannya harus mendekatkan ke telinga, memastikan nadanya tidak salah. Ektara digunakan dalam ritual orang Hindu, menyertai mereka menggumamkan mantra-mantra. Musik daerah di India pun masih memakai instrumen ini.