Jason Padgett melihat matematika di mana-mana. Bahkan hal sesederhana menyikat gigi pun diatur oleh matematika - ia memutar keran dan mencelupkan sikat giginya ke dalam air 16 kali.
"Saya tidak tahu kenapa saya suka kuadrat sempurna," katanya. "Bukan sembarang kuadrat yang sempurna, dua pangkat empat atau empat kuadrat, intinya saya suka kuadrat yang sempurna... Saya secara otomatis melakukannya dalam semua hal."
Padgett begitu terobsesi dengan matematika dan mampu memahami konsep yang begitu rumit, sampai-sampai ia disebut jenius. Ia jelas punya bakat langka dalam menggambar pola geometris berulang - dikenal sebagai fraktal - dengan tangan.
Tetapi dulu mantan penjual kasur dari Alaska ini tidak pandai dengan angka-angka. Tepat 17 tahun yang lalu, ia menjalani kehidupan yang sangat berbeda di Tacoma, Washington.
"Saya dulu sangat dangkal," dia tertawa. "Kehidupan berputar di sekitar gadis-gadis, berpesta, minum alkohol, bangun dengan pengar, kemudian keluar dan mengejar gadis-gadis dan pergi ke bar lagi."
Matematika sama sekali tidak ada dalam radarnya.
"Dulu saya bilang 'matematika itu bodoh, bagaimana kamu bisa menggunakannya di dunia nyata'? Dan saya pikir itu seperti pernyataan yang cerdas. Saya benar-benar mempercayainya. "
Tetapi pada suatu Jumat malam, semuanya berubah.
Saat main keluar dengan teman-temannya, Padgett diserang dan dirampok oleh dua pria di luar sebuah bar karaoke. Mereka merampas jaket kulitnya yang telah sobek.
"Saya mendengar sekaligus merasakan bunyi pukulan pelan ketika seorang pria menghampiri saya dan memukul bagian belakang kepala saya," kenangnya.
"Dan saya melihat kepulan cahaya putih, seperti ada yang memotret. Tahu-tahu saya sedang berlutut dan semuanya berputar dan saya tidak tahu di mana saya berada atau bagaimana saya sampai di sana."
Padgett berjalan terhuyung-huyung ke sebuah rumah sakit di seberang jalan. Dokter memberi tahu bahwa ia mengalami gegar otak dan pendarahan ginjal karena pukulan di perut.
"Mereka menyuntik saya dengan obat penghilang rasa sakit dan membolehkan saya pulang," kenangnya.
Tapi begitu di rumah, perilaku Padgett berubah dengan cepat dan dramatis. Ia mengalami cedera otak traumatis, yang dapat menyebabkan gangguan obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder, OCD).
Dalam kasus Jason Padgett, ia menjadi semakin takut pada dunia luar dan hanya akan meninggalkan rumahnya untuk membeli makanan.
"Saya ingat ketika saya memaku selimut dan handuk di semua jendela di rumah ... Saya ingat menggunakan busa semprotan ini dan mengelem pintu depan agar selalu tertutup."
OCD telah membuat Padgett merasakan ketakutan berlebihan pada kuman, yang berdampak pada anak perempuannya yang datang tinggal bersamanya di tengah-tengah sengketa pengasuhan anak dengan mantan pacarnya.
"Sebelum ia datang, saya mencuci tangan dan bersih-bersih dengan obsesif," katanya. "Hal pertama yang ingin saya lakukan adalah melepaskan sepatunya, mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih, dan mencuci tangannya."
Tetapi selagi Padgett mengalami semua konsekuensi negatif dari serangannya, sesuatu yang luar biasa juga terjadi. Cara dia melihat berbagai hal telah berubah.
"Segala sesuatu yang melengkung agak tampak seperti gambar piksel," jelasnya. "Air yang mengalir ke selokan tidak lagi terlihat seperti sesuatu yang mengalir, tapi seperti garis-garis singgung kecil."
Begitu pula dengan awan, sinar matahari yang mengalir di antara pepohonan, dan genangan air. Bagi Padgett, dunia pada dasarnya tampak seperti sebuah video gim jadul. Melihat lingkungan dengan cara pandang yang sangat membangkitkan emosi yang bertentangan dalam diri Padgett.
"Saya terkejut... tapi juga bingung. Ini indah, tapi juga menakutkan."
Karena penglihatan-penglihatan ini, Padgett mulai memikirkan pertanyaan-pertanyaan besar yang terkait dengan matematika dan fisika. Karena keberadaannya yang seperti pertapa pada waktu itu, internet menjadi sumber informasi yang berharga baginya ketika ia banyak membaca tentang matematika.
Dia tak sengaja menemukan laman web tentang fraktal yang menarik perhatiannya. Fraktal adalah konsep matematika yang, pada dasarnya, bisa disamakan dengan kepingan salju.
Ketika Anda memperbesar sebuah kepingan salju, Anda akan melihat bahwa ia terdiri dari kepingan-kepingan salju yang lebih kecil, perbesar lagi dan setiap kepingan salju itu terbuat dari kepingan-kepingan lainnya yang lebih kecil, dan seterusnya hingga tak terbatas.
Padgett terpesona oleh konsep ini, tetapi belum memiliki kata-kata untuk menggambarkannya, sampai suatu hari putrinya bertanya kepadanya tentang cara kerja televisi.
"Ketika Anda menatap layar TV dan Anda melihat sebuah lingkaran, itu sebenarnya bukan lingkaran," katanya. "Lingkaran itu terbuat dari persegi panjang atau bujur sangkar dan, jika dilihat dari dekat, ujung lingkaran itu sebenarnya zig zag.
"Anda bisa mengambil piksel tersebut dan memotongnya menjadi dua, kemudian memotongnya lagi menjadi dua, dan Anda semakin mendekati lingkaran yang sempurna. Tetapi, Anda tidak pernah benar-benar mencapainya, karena Anda bisa terus memotong piksel menjadi dua selamanya, sehingga resolusi menjadi lebih baik, tetapi Anda tidak pernah memiliki lingkaran yang sempurna."
Baca lanjutannya: Kisah Perampokan yang Mengubah Seorang Pria Jadi Genius Matematika (Bagian 2)