Bertambah Usia Tanpa Merasa Tua, Ternyata Baik untuk Kesehatan (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Bertambah Usia Tanpa Merasa Tua, Ternyata Baik untuk Kesehatan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Analisis Stephan, yang diterbitkan di jurnal Psychosomatic Medicine, adalah studi terbesar saat ini tentang efek usia subjektif pada mortalitas. Dampak yang besar ini membutuhkan perhatian lebih lanjut.

"Asosiasi ini setara atau lebih kuat dari kontribusi usia kronologis," kata Stephan.

Dengan kata lain: usia subyektif Anda dapat memprediksi kesehatan Anda dengan lebih baik, daripada akta kelahiran Anda.

Dengan pemahaman ini, banyak ilmuwan berusaha mengidentifikasi faktor sosial dan psikologi yang dapat membentuk proses yang kompleks ini. Kapankah kita mulai merasa bahwa pikiran dan tubuh kita beroperasi dalam skala waktu yang berbeda? Dan kenapa ini terjadi?

Bekerja sama dengan Nicole Lindner, yang juga berasal dari Universitas Virginia, Nosek menginvestigasi kesenjangan antara usia subjektif dan kronologis berkembang seiring perjalanan hidup.

Seperti yang mungkin Anda duga, kebanyakan anak-anak dan remaja merasa lebih tua dari usia mereka sebenarnya. Tapi ini berubah di sekitar usia 25 tahun, ketika usia subjektif mulai tertinggal di belakang usia kronologis.

Menginjak usia 30 tahun, sekitar 70% orang merasa lebih muda dari usia sebenarnya. Dan kesenjangan ini semakin lebar seiring waktu.

Seperti ditulis Nosek dan Lindner dalam laporan ilmiah mereka, "Pertambahan usia subyektif tampaknya terjadi di Mars, ketika satu dasawarsa Bumi sama dengan 5,3 tahun Mars."

Lindner dan Nosek juga mengukur "usia yang diinginkan" para partisipan—yang tidak mereka sangka juga mengikuti waktu Mars.

"Usia itu terus bertambah, tapi dengan kecepatan yang sedikit lebih lambat dari yang kita rasakan saat ini," kata Nosek.

Ini tampaknya "mendukung anggapan bahwa kita merasakan pengalaman hidup kita terus menjadi lebih baik, hanya saja lebih lambat dari pengalaman kita sebenarnya."

Lagi-lagi, kebalikan ini terjadi di pertengahan usia dua-puluhan: 60% orang usia 20 tahun ingin menjadi lebih tua. Tapi ketika menginjak usia 26 tahun, 70% dari mereka ingin menjadi lebih muda, dan sejak saat itu kebanyakan orang memandang masa lalu mereka lewat kacamata nostalgia.

Sejumlah ahli psikologi menduga, usia subyektif lebih muda merupakan bentuk pertahanan diri, melindungi kita dari stereotip negatif yang menyertai usia tua—seperti ditunjukkan dalam studi Anna Kornadt dari Universitas Bielefeld di Jerman.

Penelitian Kornadt berdasarkan pada anggapan bahwa usia subyektif seseorang boleh jadi bervariasi di berbagai domain.

Anda mungkin merasa berbeda ketika Anda berpikir tentang diri Anda sendiri di tempat kerja, dibandingkan ketika Anda berpikir tentang hubungan sosial Anda, misalnya. Maka Kornadt meminta partisipan untuk mengatakan apakah mereka merasa lebih muda atau lebih tua dari sebenarnya di berbagai area kehidupan mereka.

Kornadt mendapatkan fakta, usia subyektif seseorang lebih muda ketika stereotip negatif tentang usia paling lazim—misalnya dalam hal pekerjaan, kesehatan, dan keuangan—yang tampaknya mendukung ide bahwa cara berpikir ini membantu orang menjaga jarak dari konotasi negatif kelompok usia mereka.

Meyakini bahwa "usia saya mungkin 65 tahun, tapi saya merasa seperti 50 tahun" berarti Anda tidak terlalu mengkhawatirkan performa Anda di tempat kerja.

Kornadt juga menemukan data lain: orang dengan usia subyektif lebih rendah cenderung membayangkan masa depannya dengan lebih positif.

Dengan melindungi kita dari pandangan suram masyarakat tentang usia, dan memberi kita pandangan yang lebih optimis, mekanisme pertahanan diri ini dapat, kemudian, lebih lanjut menjelasakan beberapa manfaat kesehatan dari 'menolak tua'.

Meski telah mendapatkan semua temuan ini, para ilmuwan baru mulai memahami potensi akibatnya; tapi hampir bisa dipastikan bahwa perawatan di masa depan akan mencoba mengurangi usia subyektif partisipan dan, sebagai hasilnya, meningkatkan kesehatan mereka. 

Dalam salah satu studi, partisipan lansia dalam suatu program kebugaran merasakan lebih banyak manfaat kesehatan jika para peneliti memuji performa mereka relatif terhadap orang lain seusia mereka.

Mengingat kekuatan prediktif usia subyektif, melampaui usia kronologis sebenarnya, Stephan yakin, dokter perlu bertanya kepada semua pasien tentang usia subyektif mereka untuk mengidentifikasi orang-orang yang paling berisiko mendapatkan masalah kesehatan di masa depan. Tujuannya, demi merencanakan perawatan kesehatan mereka dengan lebih efektif.

Sementara itu, temuan-temuan ini dapat memberi kita pandangan yang lebih bernuansa tentang cara otak dan tubuh kita melalui perjalanan waktu.

Setua apapun Anda merasa, Anda layak mempertanyakan apakah batasan itu sebenarnya muncul dari dalam diri Anda sendiri.