5 Pelajaran Penting Stoisisme, Resep Hidup Bahagia dari Zaman Romawi Kuno (Bagian 1)


Stoisisme adalah ilmu filsafat yang dicetuskan oleh seorang filsuf bernama Zeno di awal abad ke-3 SM. Stoisisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stoikos, yang berarti beranda. Hal ini karena ajaran Zeno sering dilakukan di beranda berlukis. Ajaran Zeno banyak dipengaruhi oleh Socrates dan filsafat Sinisme, hingga dia memulai ajaran filsafatnya sendiri.

Tokoh terkenal yang menganut filsafat stoisisme adalah Kaisar Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca. Mereka adalah sosok-sosok yang terkenal karena mempraktikkan dan menyebarkan ilmu filsafat ini. Inti dari filsafat ini adalah cara hidup untuk menerima keadaannya di dunia, yang mencerminkan kemampuan nalar manusia.

Filsafat stoisisme yang telah berumur lebih dari 2000 tahun ini masih relevan hingga sekarang, terutama di zaman ketika depresi dan putus asa menjadi perhatian besar saat ini. Stoisisme membantu kita untuk hidup selaras dengan alam dan menerima kondisi yang kita miliki saat ini, sehingga kita bisa bersyukur dan menemukan kebahagiaan.

Berikut ini 5 pelajaran penting dari filsafat Stoisisme yang masih relevan di zaman sekarang, agar kita bisa lebih menikmati hidup dan menemukan kebahagiaan.

1. Hidup selaras dengan alam

Ajaran utama dari stoisisme adalah agar kita dapat hidup selaras dengan alam. Apakah artinya? Hidup selaras dengan alam berarti kita harus menggunakan nalar yang membuat kita berbeda dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Aplikasi nyata dari nilai ini adalah berusaha mengendalikan diri agar tidak serta merta mengikuti hawa nafsu dan emosi.

Pernahkah kamu merasa dibuat kesal oleh seseorang dan tanpa pikir panjang langsung mengucapkan berbagai macam sumpah serapah? Padahal jika ditelaah lebih dalam, mungkin orang tersebut tidak sengaja atau terpaksa dilakukan karena terburu-buru. Jika seperti itu, apa gunanya kamu marah-marah? Selain membuang energi, kamu pun juga membuat mood menjadi jelek, kan?

Hidup selaras dengan alam juga berarti kita sadar bahwa segala hal di dunia ini memiliki keterkaitan. Sebagai contoh saat lingkungan tempat kita tinggal mengalami banjir, jika kita sadar bahwa banjir tersebut terjadi karena curah hujan yang tinggi, banyak orang membuang sampah sembarangan, dll maka kita tidak perlu membuang tenaga untuk saling menyalahkan karena kejadian itu memang sesuai kehendak alam.

Hidup selaras dengan alam tidak mengajarkan kita untuk menjadi pasrah dengan keadaan, tetapi menerima keadaan tersebut dengan lapang dada sehingga kita tidak mudah terbawa emosi dan bisa bertindak dengan nalar. Hal ini akan membantu kamu untuk lebih bahagia dan bahkan menemukan sebuah solusi cerdas untuk masalah yang sedang kamu hadapi.

2. Dikotomi kendali

Para filsuf stoisisme membuat pembagian yang jelas antara hal yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan. Hal-hal yang bisa kita kendalikan adalah motivasi, tujuan hidup, usaha, dan opini. Sedangkan, hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan adalah kekayaan, opini/ perilaku orang lain, kesehatan, dsb.

Stoisisme menggambarkan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan sebagai hal yang tidak berpengaruh terhadap kebahagiaan kita, sedangkan hal-hal yang dapat kita kendalikanlah yang menentukan kebahagiaan kita. Hal ini membuat kita sadar bahwa kamu merasa bahagia atau tidak sepenuhnya berada di bawah kendali kita, jadi apa yang membuat kamu tidak merasa bahagia saat ini?

Mungkin saat ini kamu berpendapat bahwa kekayaan, kesehatan, opini orang lain, dll juga berpengaruh terhadap kebahagiaan kita. Itulah yang disebut oleh para filsuf stoisisme bahwa kita telah menjadi "budak" akan suatu hal. 

Jika kita menggantungkan diri pada harta atau hal-hal yang di luar kendali kita. Semakin kita menggantungkan diri pada hal di luar kendali kita, maka semakin takut kita akan kehilangan hal tersebut dan justru membuat kita sulit menemukan kebahagiaan.

Mungkin kamu juga berpikir bahwa hal di luar kendali seperti kekayaan dan kesehatan bisa kita kendalikan. Namun, kamu jangan keliru karena yang sebetulnya bisa kita kendalikan adalah usaha untuk mendapatkannya dan bukan hasilnya. Seperti kata pepatah, "Manusia yang berusaha dan Tuhan yang menentukan hasilnya."

Baca lanjutannya: 5 Pelajaran Penting Stoisisme, Resep Hidup Bahagia dari Zaman Romawi Kuno (Bagian 2)