Berlari dengan pakaian olahraga mungkin sudah biasa. Lari pakai gaun pengantin baru luar biasa.
Setidaknya demikian rencana Vanessa Reiser, seorang perempuan asal New York, AS. Dengan tubuh yang dibungkus gaun pengantin, ia akan berlari panjang dari Oswego ke Manhattan.
Tak tanggung-tanggung, jarak yang ditempuh mencapai 285 mil atau sekitar 485 km. Setiap hari, ia berlari rata-tata 25 mil atau 37 km, hampir mendekati jarak marathon penuh.
Aksi Vanessa ini bukan untuk mencari sensasi, melainkan ada misi mulia di baliknya, yakni meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masalah kekerasan domestik yang pelakunya adalah pasangan sendiri yang narsis.
Vanessa sendiri pernah merasakan sebagai korban. "Kekerasan narsisme adalah bentuk KDRT yang lebih menakutkan," ungkapnya kepada People.
"Si pelaku yang narsis tersebut biasanya menggunakan pernikahan atau pertunangan untuk mengontrol dan memanipulasi. Mereka memperumit situasi. Dan gaun pengantin tersebut mewakili situasi itu," katanya.
Vanessa pernah bertunangan dengan seorang pria yang didiagnosis 'sosiopat narsis' dengan riwayat penyiksaan para mantan kekasihnya.
Vanessa bercerita, pernah suatu kali sang mantan tunangan meninggalkannya di suatu tempat seorang diri. Tak hanya itu saja, ia sering memaki Vanessa, bahkan sampai meludahinya.
Ayah Vanessa yang telah tiada pun tak luput dari ejekan. "Dia bilang ayahku seorang pengecut. Ayahku meninggal ketika aku berusia 18. Lalu dia mem-bleaching semua bajuku," ujar Vanessa mengenang pengalaman pahit tersebut.
Reputasi Vanessa sebagai anggota dewan organisasi Domestic Violence Center juga dirusak oleh sang mantan tunangan. Ia menuduh Vanessa yang melakukan KDRT dan meminta organisasi tersebut memecatnya.
Berprofesi sebagai terapis klinis, Vanessa berusaha untuk bersabar dan mempertahankan hubungan tersebut. Namun, kesabaran tersebut habis juga karena kelakuan sang mantan yang semakin menyiksanya.
"Banyak sekali kepedihan. Aku harus tinggal di rumah ibuku selama tiga bulan. Situasinya sungguh memprihatinkan," katanya.
Namun, Vanessa sudah move on dan mau menggunakan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran agar dapat menolong korban yang senasib dengannya.
Dari aksi larinya nanti, ia berharap banyak dan yang terkumpul. Setidaknya US$ 200 ribu sesuai target dia untuk disumbangkan kepada lembaga nonprofit terkait.
"Aku berusaha menghimpun dana sebanyak mungkin. Lari adalah hobiku. Ini terapiku dan aku sangat menantikan melewati garis finis dan melihat dukungan untukku," katanya.