Rahasia Sukses Perusahaan-perusahaan Besar di Dunia

Rahasia Sukses Perusahaan-perusahaan Besar di Dunia

BIBLIOTIKA - Bagaimana cara terbaik menjadi sukses? Salah satunya adalah belajar pada yang sudah sukses. Belajar pada yang sudah sukses artinya memangkas proses trial and error yang mungkin harus dialami, dan itu bisa menjadi langkah raksasa untuk menuju kesuksesan yang dituju. Belajar pada yang sudah sukses artinya memiliki semacam mentor—meski tidak secara langsung—dan kita bisa mengikuti langkahnya dalam meraih kesuksesan.

Begitu pula dengan membangun sebuah bisnis atau usaha. Dalam membangun bisnis, kita bisa mengalami jatuh bangun berkali-kali, trial and error berkali-kali, jika tidak ada panduan yang bisa dijadikan “cermin”. Dalam hal itu, mempelajari bagaimana perusahaan-perusahaan mencapai kesuksesan mereka bisa menjadi cara untuk belajar, dan meniru mereka dalam meraih kesusesan.

Terkait hal itu, berikut ini adalah kunci kesuksesan beberapa perusahaan yang sudah jelas besar dan sukses di dunia.

Amazon

Dalam wawancara dengan The Innovator’s DNA, Jeff Bezos CEO Amazon mengungkap bahwa aspek krusial dari kesuksesan Amazon adalah eksperimen. “Eksperimen merupakan kunci inovasi, karena hasilnya jarang seperti yang diharapkan, sehingga Anda bisa belajar banyak dari kegagalan,” katanya.

“Di Amazon, kami berusaha mengurangi ongkos eksperimen sehingga kami bisa melakukan lebih banyak eksperimen. Jika kamu meningkatkan percobaan dari seratus kali menjadi seribu, semakin besar pula jumlah inovasi yang Anda hasilkan.”

Sikap Bezos dalam menembus batas ini membuat Amazon berhasil mempertahankan gelarnya sebagai perusahaan retail online terbesar dan tersukses.

Alibaba

Pada 19 September 2014, dunia bisnis dibuat terkejut dengan harga IPO Alibaba yang mencapai USD 20 miliar. Jack Ma sebagai pendiri Alibaba memulai perusahaan ini sejak 1998 dengan angka investasi yang sedikit dan tanpa bekal ilmu ekosistem internet. Namun kini Alibaba telah menjadi perusahaan e-commerce terbesar di dunia dengan transaksi USD 240 miliar. Pengunjung situsnya mencapai ratusan juta dengan delapan juta bisnis dan merchant. Jumlah ini bahkan lebih besar dari Amazon.

Kunci kesuksesan Alibaba ada pada Jack Ma itu sendiri. Alibaba merupakan perusahaan ambisius yang memiliki strategi untuk mencapai tujuannya. Salah satu strateginya yakni mengedepankan konsumen. Bahkan dalam penawaran IPO, Jack Ma berkata pada para investor. “Konsumen yang utama, pegawai kedua, dan investor yang ketiga.” Ia juga tidak terlalu mempedulikan keuntungan jangka pendek dan lebih fokus pada tujuan jangka panjang.

Keputusan prioritas tersebut bukannya membuat investor kabur, justru menjadi magnet untuk mendatangkan lebih banyak investor, karena mereka menilai sosok Jack Ma sangat teguh pada prinsipnya.

Facebook

Delapan tahun yang lalu, Facebook merupakan proyek koding yang dilakukan oleh Mark Zuckerberg di kamar asrama. Sekarang, Facebook telah menjadi bisnis global dengan kuntungan USD 100 miliar dan digunakan oleh satu dari delapan orang populasi dunia. Saat Facebook dirilis, ada banyak puluhan media sosial serupa. Namun Facebook berhasil mengalahkan mereka.

Facebook bisa meraih sukses demikian karena keberanian Zuckerberg dalam mengambi risiko. Sebagai contoh, saat News Feed pertama kali diluncurkan yang ternyata mendapat reaksi penolakan dari pengguna. Namun, alih-alih menyerah pada tekanan, Facebook bertahan dengan memonitor situasi. Perlahan-lahan, jumlah page view pun meningkat. Hal ini menunjukkan mayoritas pengguna menyukai fitur baru tersebut.

Karena keberanian mengambil risiko inilah, News Feed menjelma jadi komponen penting Facebook. Namun tentu saja, risiko juga mendatangkan masalah. Pengenalan Facebook beacon misalnya, tidak diterima luas hingga Facebook hampir saja mengalami krisis.

Apple

Apple merupakan perusahaan besar dengan keuntungan paling besar di dunia. Dalam kuartal terakhir 2015 lalu misalnya, Apple berhasil menjual lebih dari 61 juta iPhone setelah pada kuartal sebelumnya berhasil menjual 74,5 juta unit. Padahal kenyataanya, Apple bukanlah pionir. Mereka bukan yang pertama membuat komputer, bukan pula yang pertama membuat smartphone, dan mp3 player. Namun mereka mengembangkannya dengan lebih canggih dan lebih mudah digunakan.

Kebanyakan produk perusahaan lain dikembangkan berdasarkan teknologi terkini, bukan berdasarkan kebutuhan. Akan tetapi pendekatan Apple cukup berbeda. Para ahli yang menciptakan produk Apple sebenarnya membuat produk yang diperuntukkan untuk diri sendiri. Dan Steve Jobs adalah salah satu dari ahli tersebut. Semua produk Apple dibuat berdasarkan fakta bahwa Jobs mewakili para konsumen.

Rahasia lainnya adalah karena Apple membuat segala sesuatu tentang produknya sederhana. Apple sukses karena hanya memiliki iPhone sebagai smartphone. Pilihan yang sedikit ini rupanya memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan.

Menurut Apple, jika perusahaannya menawarkan 25 variasi smartphone, staf toko akan sulit mengingat spesifikasi sehingga marketing pun jadi kurang maksimal. Rupanya taktik Apple ini didasarkan pada penelitian selama 30 tahun dalam mempelajari pola beli konsumen. Dan hasilnya, konsumen memang tidak ingin ribet dalam memilih suatu produk.

Berkshire Hathaway

Pada 2008, nama Warren Buffett sempat menjadi orang terkaya sejagad, mendepak bos Microsoft, Bill Gates, yang telah bercokol selama 13 tahun sebagai orang terkaya versi Forbes. Melalui Berkshire Hathaway, perusahaan investasi yang dimiliknya, memperoleh kekayaan hingga USD 63,7 miliar.

Keberhasilan Berkshire Hathaway tak lepas dari kesabaran Buffet sebagai investor. Di usianya ke-11, Buffet sudah membeli 3 lembar saham Cities Service Preferred dengan harga USD 38 per lembar. Harga saham tersebut anjlok hingga USD 27 dollar, namun Buffett terus bertahan dan menjualnya di harga USD 40. Beberapa waktu kemudian, Buffett menyesali keputusannya karena harga sahamnya terus meroket hingga USD 200. Hal tersebut memberikan pelajaran pertamanya tentang kesabaran dalam berinvestasi.

“Kultur,” kata Buffett, “merupakan segalanya di Berkshire.” Dan kunci untuk mempertahankan kultur baik di perusahaanya adalah dengan menyeleksi tim yang memiliki karakter baik.

“Setiap aspek dalam kepribadian mereka membuat Anda selalu dekat dengan mereka,” kata Buffet ketika dimintai pendapat mengenai timnya di Berkshire Hathaway.

Google

Kalau pernah menonton film The Internship, pasti sedikit paham dengan budaya kerja di Google. Ya, Google sangat mengedepankan teamwork. Dan untuk mendapatkan teamwork terbaik, Google melakukan proses perekrutan untuk mengetes aspek kecerdasan sampai psikologi calon pegawai.

Google bahkan menghabiskan waktu dua tahun untuk mempelajari 180 tim di perusahaan-perusahaan sukses untuk mengetahui apa rahasia kesuksesan mereka. Dan hasilnya, tim terbaik memiliki lima kesamaan sifat, yakni berani mengambil risiko, mempercayai rekan setim, tanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing, dan peduli. Terdengar sederhana, tapi inilah yang dilakukan Google hingga bisa meriah kesuksesannya hingga hari ini.

Baca juga: Daftar Alamat Perusahaan di Jakarta