
BIBLIOTIKA - Entah bagaimana kehidupan Anda, dan di mana Anda tinggal, dunia yang kita tempati saat ini sudah jauh berbeda dibanding dunia yang dulu ditinggali orang tua atau kakek-nenek kita. Sekian puluh tahun lalu, kehidupan manusia masih sangat sederhana. Namun, kini, kehidupan kita telah begitu modern, bahkan futuristik—jika dibayangkan sekian puluh tahun lalu.
Saat ini, bersama perkembangan teknologi yang melesat gila-gilaan, peradaban manusia modern telah melangkah sedemikian jauh. Selain komputer, internet, dan ponsel pintar, manusia juga telah menciptakan robot dan kecerdasan buatan. Tidak sembarangan, robot ciptaan manusia saat ini bahkan telah ikut rapat PBB, juga menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 11 Oktober 2017. Sophia, sesosok robot yang menyerupai manusia perempuan, ikut hadir di rapat PBB. Robot itu diciptakan oleh Dr. David Hanson, pendiri Hanson Robotics. Sekilas, tampak tidak ada yang membedakan Sophia dengan peserta yang hadir. Kecuali lampu dan kabel warna-warni yang menyelimuti punggung kepala Sophia.
Kehadiran Sophia di Gedung PBB berperan sebagai panelis robot pertama dalam rapat tersebut. Saat itu, perwakilan serikat PBB mengadakan pertemuan dengan mengusung tema "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) di Tengah Pesatnya Perkembangan Teknologi".
Dalam sebuah video Youtube yang diunggah oleh akun resmi PBB, Sophia tampak tidak hanya hadir di rapat tersebut. Ia juga berbicara dengan menyebutkan bahwa dirinya berada di sana untuk menawarkan masa depan.
"Terima kasih sudah mengundang saya di PBB. PBB merupakan salah satu wadah yang merepresentasikan dunia untuk bekerja menyelesaikan sebuah manfaat untuk semuanya. Dan saya di sini untuk menawari kalian menciptakan masa depan," ujar Sophie dalam pidato pembukanya.
Pada video berdurasi lebih dari 2 menit tersebut, tampak pula Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Amina J. Mohammed, melakukan interaksi dengan Sophie.
"Menurut Anda, apa yang kami lakukan untuk membantu berbagai orang di belahan dunia yang tidak memiliki akses internet atau listrik?" tanya Mohammed kepada Sophia di tengah Rapat.
"Masa depan saat ini sudah tersedia. Sayangnya tidak tersebar secara merata. Jika kita lebih cerdas dan fokus pada hasil yang besifat win-win, AI dapat membantu mendistribusikan sumber daya dunia yang ada dengan baik, seperti makanan dan energi," jawab Sophia.
Sebelumnya, saat membacakan pidato pembuka, Mohammed memperingatkan bahwa teknologi memiliki sisi selayaknya dua mata pisau.
Di satu sisi, teknologi memiliki potensi besar untuk mempercepat kemajuan pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, teknologi bisa memperburuk ketidaksetaraan yang ada.
"Pengaruh teknologi pada masyarakat kita harus ditentukan oleh tindakan kita, manusia, bukan oleh mesin," katanya.
"Teknologi ada di sini untuk kita jelajahi dan manfaatkan untuk kepentingan semua orang," lanjutnya lagi.
Baca juga: Sophia, Robot Pertama yang Mendapat Status “Warga Negara”