Proyek Nyamuk dan Perang Tak Kasatmata

Proyek Nyamuk dan Perang Tak Kasatmata

BIBLIOTIKA - Ketika virus Zika mulai terdeteksi di Brasil, seluruh perhatian bisa dibilang tertuju pada keberadaan virus itu, dan tidak sempat mengingat bahwa lahirnya virus itu bersamaan dengan dilepasnya nyamuk-nyamuk hasil transgenetika yang dihasilkan oleh perusahaan bioteknologi Oxitec asal Inggris.

Saat virus Zika mulai menyebar di Brasil, Intrexon, perusahaan bioteknologi, melakukan kerja sama dengan pemerintah Brasil untuk mengatasi masalah tersebut dengan melepaskan nyamuk hasil rekayasa genetika ke alam liar, yang ditujukan untuk mengurangi populasi nyamuk GMMs (genetically-modified mosquitoes) dan ancaman virus yang terus menyebar ke manusia.

Intrexon adalah perusahaan yang berbasis di Inggris, sekaligus anak perusahaan Oxitec, yang sebelumnya menghasilkan nyamuk rekayasa, yang disinyalir menjadi asal usul lahirnya virus Zika di Brasil. Pada 2015, ketika Brasil melaporkan 84.000 kasus virus Zika, Intrexon mengadakan kerja sama dengan otoritas Brasil, yang bertujuan membasmi penyebaran populasi nyamuk di daerah wabah.

Proyek kerja sama mereka dinamai “The Friendly Aedes Aegypti Project”, dan secara terfokus ditujukan untuk mengatasi virus yang menyebar di Kota Piracicaba, berdasarkan keberhasilan langkah-langkah pencegahan sebelumnya yang diperkenalkan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Dalam siaran pers, Intrexon menyatakan, “Setelah berhasil mengendalikan populasi nyamuk Ae. aegypti, vektor utama untuk demam berdarah, chikungunya, dan Zika, sebagai wabah virus di seluruh dunia… Oxitec memulai fasilitas produksi nyamuk baru di Piracicaba yang akan memiliki kapasitas untuk melindungi lebih dari 300.000 orang.”

Tugas mereka adalah memperkenalkan nyamuk hasil rekayasa genetika steril ke daerah penuh nyamuk untuk mengekang populasi mereka, dan mencegah penyakit akibat penyebarannya. Kota Piracicaba merupakan rumah bagi 300.000 orang, dan proyek itu akan dijalankan di daerah dengan populasi sekitar 35.000-60.000 warga di pusat kota tersebut.

Dalam proyek itu, mereka memperkenalkan nyamuk jantan yang dimodifikasi secara genetik, yang akan mencari nyamuk betina di alam liar untuk kawin dengan mereka. Hasil kawin tersebut akan mengakibatkan tidak adanya keturunan, dan pada akhirnya akan mengurangi seluruh populasi nyamuk di daerah itu secara drastis, dan dapat mengurangi ancaman nyamuk terhadap manusia.

Hadyn Parry, CEO Oxitec, menyatakan, “Sebagai sumber utama infeksi vektor yang paling cepat berkembang di dunia seperti demam berdarah, serta semakin menantang untuk virus Zika ini, maka mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti adalah pertahanan terbaik terhadap penyakit serius yang tidak ada obatnya ini.”

Sebelumnya, Oxitec menguji coba pada populasi nyamuk yang dimulai pada April 2015, setelah Komite Keamanan Hayati Nasional Brasil (Brazil’s National Biosafety Committee/CTNBio) memberi lampu hijau bagi perusahaan Inggris itu untuk melepaskan serangga tersebut ke alam liar mereka.

Terkait hal itu, pihak Intrexon menyatakan, “Pada akhir 2015 lalu, hasil sudah menunjukkan adanya penurunan larva nyamuk liar hingga 82 persen. Khasiat uji dari Oxitec dilakukan di Brasil, Panama, dan Kepulauan Cayman, semua menghasilkan penekanan lebih besar dari 90 persen populasi liar Ae. Aegypti, suatu tingkat kontrol yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Tetapi, lagi-lagi, mereka belum melakukan penelitian mendalam, apakah efek itu akan terus berlangsung selamanya, atau akan ada nyamuk yang dapat bermutasi dan berhasil mengubah gen DNA mereka seperti nyamuk rekayasa sebelumnya. Pertanyaan itu pula yang dipikirkan oleh para ahli kesehatan ketika mereka mengadakan pertemuan di Jenewa, untuk membahas wabah dan kemungkinan obat untuk virus Zika. Muncul pertanyaan dalam forum tersebut, apakah nyamuk hasil rekayasa di atas harus disalahkan atas lahirnya virus Zika?

Pada saat itu, memang telah muncul keprihatinan mengenai pelepasan nyamuk rekayasa ke alam liar, tanpa studi lebih lanjut terhadap kemungkinan efek samping yang terjadi kelak.

Pada 2012, Dr. Helen Wallace, direktur GeneWatch, mengatakan kepada The Guardian, “Ini adalah pendekatan eksperimental yang belum pernah tercatat berhasil sebelumnya, dan dapat menyebabkan kemungkinan yang lebih berbahaya daripada kebaikannya.”

Baca lanjutannya: Virus Zika dan Agenda Tersembunyi Depopulasi