BIBLIOTIKA - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (10 Tanda Umat Manusia Menuju Perang Dunia III - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.
Karena itu, berbagai pihak bertanya-tanya. Jika ISIS kelak benar-benar hancur, apakah kehancuran ISIS akan melahirkan perdamaian, atau malah akan memicu perang lain yang lebih besar?
Perang Rusia dan Amerika di Suriah
Masalah di Suriah tidak bisa dilepaskan dari ISIS, dan gara-gara itu pula dua negara adidaya—Amerika dan Rusia—datang ke sana. Rusia dan Amerika membangun pangkalan militer di Suriah, dengan alasan untuk memerangi ISIS.
Karena keberadaan pasukan Rusia dan Amerika di Suriah, langit Suriah pun dipenuhi oleh pesawat-pesawat tempur dari dua negara tersebut. Rusia diperkirakan telah mengerahkan setidaknya 55 unit pesawat tempur di Suriah, sementara Amerika juga mengerahkan kekuatan dengan porsi serupa. Karenanya, dua negara itu seperti unjuk kekuatan masing-masing di Suriah.
Pesawat-pesawat tempur, milik Rusia dan Amerika, setiap saat berlalu-lalang di langit Suriah, dengan kecepatan tinggi. Belum lama, dua pesawat tempur milik masing-masing negara itu nyaris bertabrakan, ketika pesawat F-16 Amerika berdekatan dengan pesawat tempur Rusia dengan jarak sekitar 20 mil. Dengan kecepatan masing-masing pesawat, kedua pesawat tempur itu bisa saja bertabrakan dalam waktu 30 detik.
Jika tabrakan semacam itu terjadi, kedua negara akan saling menyalahkan, dan—bisa dipastikan—akan muncul konflik baru, yang lalu memicu perang. Jika kita mempelajari sejarah Perang Dunia sebelumnya, dari hal-hal semacam itulah perang besar dimulai.
Krisis air di mana-mana
Air adalah kebutuhan penting setiap makhluk hidup, khususnya manusia. Tanpa air, kehidupan tidak bisa berjalan. Tumbuhan akan layu, hewan akan mati, begitu pula manusia. Yang menjadi masalah, saat ini dunia sedang mengalami kriris air bersih dalam skala yang makin hari makin parah.
Planet yang kita huni memiliki siklus air yang tertutup. Artinya, jumlah air yang ada di bumi tidak pernah bertambah atau berkurang. Jumlah air itu tetap, dan terus mengalami daur ulang—dari yang semula kotor diubah oleh fenomena alam hingga kembali bersih. Sistem alami itu dapat mempertahankan semua spesies di planet bumi selama miliaran tahun, kecuali jika air itu sangat tercemar.
Ada tiga faktor yang menyebabkan air tercemar. Pertama adalah populasi yang terus meningkat, kedua adalah pertumbuhan industri yang menggunakan air, dan ketiga adalah teknik produksi berbahaya yang menyebabkan limbah beracun. Pada saat ini, krisis air bersih telah terjadi di berbagai tempat, meliputi Asia Tengah, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Tempat-tempat yang memiliki populasi tinggi bisa dibilang identik dengan kekurangan pasokan air bersih.
Yang jadi masalah, dari tahun ke tahun populasi bumi di berbagai negara terus bertambah. Hal itu masih ditambah dengan limbah beracun yang kian banyak, yang makin mencemari air. Akibatnya, siklus alami bumi mulai kesulitan untuk mendaur ulang banyaknya air yang tercemar, dan air bersih kian sedikit. Jika hal itu terus berkembang, bukan tidak mungkin persediaan air di planet ini akan menyusut drastis, dan masing-masing negara akan melakukan apa pun untuk mengamankan pasokan air bersih bagi negaranya.
Kelangkaan makanan di mana-mana
Selain krisis air bersih, hal lain yang juga sedang menjadi masalah dunia adalah krisis makanan. Kita yang hidup di Indonesia mungkin belum terlalu melihat kenyataan ini, karena makanan masih tampak berlimpah di mana-mana. Tetapi, ancaman kelangkaan makanan telah menjadi kenyataan. Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa saat ini lebih dari 842 juta penduduk di dunia mengalami kekurangan gizi.
Baca lanjutannya: 10 Tanda Umat Manusia Menuju Perang Dunia III (Bagian 3)