Masalah di Ukraina dan Perselisihan Rusia-Amerika (2)

 Masalah di Ukraina dan Perselisihan Rusia-Amerika

BIBLIOTIKA - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (Masalah di Ukraina dan Perselisihan Rusia-Amerika 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.

Sampai di sini, mulai timbul masalah. Jika sanksi ekonomi terhadap Rusia diberlakukan, maka dampaknya tidak akan mampu diprediksi. Pasalnya, Jerman—sebagai sekutu AS dan anggota NATO—sangat tergantung pada pasokan gas alam dari Rusia untuk menggerakkan industri mereka.

Selain itu, Rusia adalah negara penghasil minyak dunia di luar OPEC, yang memiliki cadangan minyak bumi sebesar 80 miliar barrel, dan gas alam mencapai 48,8 miliar meter kubik, dengan konsentrasi di wilayah Laut Kaspia, pedalaman Siberia Timur, dan perairan Arktik. Rusia menjadi salah satu negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia setelah Iran, yang memiliki cadangan gas alam mencapai 32,9 triliun meter kubik. Kenyataan itu menjadikan sanksi ekonomi terhadap Rusia akan berdampak sangat besar.

Memang cadangan minyak terbesar di dunia ada di negara-negara Islam di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Libya, yang saat ini menguasai 75 persen cadangan minyak dunia yang mencapai 685,6 miliar barrel.

Sedangkan cadangan minyak lainnya ada di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan (98,6 miliar barrel), Eropa dan Eurasia (97,5 miliar barrel), Afrika (77,4 miliar barrel), Amerika Utara termasuk AS dan Kanada (49,9 miliar barrel) dan Asia Pasifik termasuk Indonesia (38,7 miliar barrel).

Meski begitu, tertutupnya Rusia dari transaksi minyak tetap akan membawa masalah. Majalah Fortune edisi Mei 2002 menulis, produksi minyak mentah Rusia pernah mencapai 12 juta barrel per hari pada akhir tahun 1980-an menjelang bubarnya Uni Soviet.

Sementara sejumlah perusahaan minyak Rusia mulai bermunculan ke tingkat dunia, seperti Yukos (Khodorkovsky), Surgutneftgaz, Lukoil, Sibneft (Abramovich), TNK, dan Tatneft. Berbagai perusahaan minyak raksasa itu menguasai kawasan dengan cadangan minyak mentah mencapai 42,6 miliar barrel.

Pada 2001, Yukos mampu memproduksi 1,2 juta barrel per hari dari 11,8 miliar cadangan minyak mentah. Surgutneftegaz memproduksi 800.000 barrel per hari dari cadangan 6,8 miliar barrel, Lukoil memproduksi 1,6 juta barrel per hari dari cadangan 12,9 miliar barrel, Sibneft memproduksi 400.000 barrel per hari dari cadangan 4,6 miliar barrel, dan Tafneft memproduksi 400.000 barrel per hari dari cadangan 6,5 miliar barrel. Sejak 2001, Rusia mampu mengekspor minyak mentahnya mencapai 5 juta barrel per hari ke pasaran dunia.

Karenanya, jika sanksi Barat terhadap Rusia semakin meluas, termasuk sanksi ekonomi yang mencakup ekspor minyak dan gas alam Rusia, sebagaimana diberlakukan terhadap Iran, maka dipastikan akan menimbulkan ketegangan internasional. Kenyataan itu, ditambah dengan kekuatan militer yang dimiliki Rusia, membuat banyak pihak khawatir Perang Dunia III benar-benar pecah.

Berikut ini beberapa dampak yang akan terjadi, terkait dengan masalah di Ukraina hingga sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia.

Pertama, jika ketegangan antara Rusia dengan pihak Barat yang dipimpin AS terus meningkat, dapat dipastikan harga minyak dunia akan naik secara tajam. Kenyataannya harga minyak dunia terus mengalami kenaikan menyusul semakin sengitnya perang Ukraina, dan setelah terdengar berita Rusia sedang memproduki 40 rudal nuklir antar benua (ICBM) untuk mengadapi AS dan sekutu Baratnya. Sebab Rusia tercatat sebagai salah satu negara eksportir minyak di dunia.

Kedua, jika pasukan AS dan Rusia telah berhadapan langsung di medan perang Ukraina, maka bisa jadi itu pertanda Perang Dunia III sedang dimulai di daratan Eropa, sebagaimana Perang Dunia I dan II yang juga dimulai di Eropa. Kalau Perang Dunia II menelan korban jutaan orang, maka Perang Dunia III diprediksi akan menelan miliaran korban.

Ketiga, jika Perang Dunia III benar-benar terjadi, tidak akan ada pihak yang menang, dan semuanya akan mengalami kehancuran sebagai dampak dari perang nuklir antara Rusia dan sekutunya, melawan AS dan sekutunya. Perekonomian dunia akan mengalami kebangkrutan, sehingga akan menimbulkkan krisis yang jauh lebih hebat dibanding krisis-krisis sebelumnya, dan bumi tidak akan pernah lagi sama.