Terapi untuk Penderita Kanker Payudara (3)

Terapi untuk Penderita Kanker Payudara

BIBLIOTIKA - Sangat penting untuk diperhatikan; jangan menunda pengobatan, karena hanya akan memperburuk perjalanan penyakit Anda, dan meningkatkan kemungkinan sel-sel kanker yang berada di payudara akan menyebar ke organ-organ tubuh lainnya.

Terapi hormonal

Terapi hormonal tidak efektif jika dipakai pada jenis kanker payudara yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh reseptor hormon. Terapi hormon bekerja melawan kanker payudara yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh reseptor hormon yang positif atau tumor dengan status ER (estrogen) atau PR (progesteron) positif pada pemeriksaan jaringan patologi anatomi.

Terapi hormonal bekerja melalui dua cara, yaitu menurunkan jumlah hormon estrogen dalam tubuh dan menghambat kerja estrogen dalam tubuh. Estrogen dapat merangsang pertumbuhan kanker payudara, terutama jenis kanker payudara yang pertumbuhannya tergantung pada reseptor hormon.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel-sel kanker, diberikan dalam bentuk infus atau dalam bentuk oral (tablet). Kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh melalui berbagai jalur yang berbeda. Kombinasi kemoterapi bisa berbeda-beda dari satu pasien ke pasien lainnya, tergantung pada kanker payudara yang diderita.

Umumnya, terapi agresif (kombinasi lebih dari 2 macam terapi, antara lain: radiasi, kemoterapi, hormonal, target terapi, monoklonal antibodi, dan sebagainya) dapat diberikan pada pasien yang kondisi dan keadaan umumnya baik, dengan tujuan untuk menghilangkan tumor dengan cepat.

Terapi fokus sasaran radiasi

Terapi fokus sasaran (targeted theraphy) adalah jenis pengobatan yang menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker dengan cara menghambat molekul atau protein tertentu yang ikut serta dalam proses perubahan sel normal menjadi sel kanker yang ganas.

Radiasi adalah pengobatan dengan sinar-X yang berintensitas tinggi, dan berfungsi untuk membunuh sel kanker. Radiasi biasanya dilakukan setelah pembedahan, untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker yang masih ada. Radiasi bisa mengurangi risiko kekambuhan hingga 70 persen. Terapi fokus sasaran lebih efektif dari terapi lainnya, dan tidak berbahaya bagi sel normal.

Jenis-jenis terapi fokus sasaran adalah:

Terapi antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal adalah substansi yang diproduksi laboratorium yang akan mengenal dan mengikat suatu target spesifik (misalnya protein) pada permukaan sel kanker. Setiap antibodi monoklonal hanya mengenal satu target protein, atau antigen. Terapi ini memiliki cara kerja seperti antibodi yang ada dalam sistem kekebalan tubuh manusia, dan dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan kemoterapi.

Anti-angiogenesis

Terapi fokus sasaran lainnya yang kerap digunakan dalam penatalaksanaan kanker payudara adalah terapi anti-angiogenesis yang merupakan pendekatan baru untuk terapi kanker metastatik (sudah menyebar). Terapi anti-angiogenesis bekerja dengan cara menghambat pasokan nutrisi ke sel kanker, sehingga sel kanker mengecil dan mati.

Kekambuhan

Terjadinya kekambuhan tergantung pada banyak faktor, di antaranya: ukuran tumor, kecepatan pertumbuhan dan perkembangbiakan sel kanker, ada tidaknya sel kanker di kelenjar getah bening, status reseptor hormon pada kanker Anda, dan status HER2 kanker Anda.

Mengetahui status kanker Anda akan membantu dokter menentukan tingkat risiko kekambuhan dan terapi adjuvan yang akan Anda terima.

Mewaspadai dan mengelola efek samping

Pada pengobatan kanker payudara, efek samping yang lebih sering terjadi diakibatkan oleh kemoterapi. Karena kemoterapi juga menyerang sel sehat, maka efek sampingnya akan lebih banyak dibanding terapi fokus sasaran (targeted therapy).

Pada pengobatan kombinasi kemoterapi dan terapi fokus sasaran (targeted therapy) seperti monoklonal antibodi, efek samping yang terjadi umumnya lebih banyak diakibatkan oleh obat kemoterapi. Beberapa di antara efek samping yang bisa terjadi adalah mual, muntah, tenggorokan kering atau sulit menelan, diare atau sembelit, rambut rontok, tangan gemetar, kulit kering, lelah, pendarahan, atau risiko infeksi.

Pada imunoterapi, efek samping yang biasanya muncul adalah gejala mirip flu, mual atau muntah, risiko infeksi, sakit pada bagian tubuh yang kena kanker payudara, atau alergi. Munculnya efek samping yang berat bisa mengakibatkan terjadinya penundaan atau pengurangan dosis terapi, yang dapat membuat proses kemoterapi kurang efektif.

Karenanya, sangat penting dilakukan penatalaksanaan efek samping yang tepat. Efek samping yang penting untuk diwaspadai dari kemoterapi adalah penurunan sel darah putih secara drastis atau disebut neutropenia, yang bisa meningkatkan risiko pasien kanker terkena infeksi dan mengancam nyawa pasien. Pasien dinyatakan menderita neutropenia kronis, jika mengalaminya selama lebih dari 3 bulan.

Neutropenia atau menurunnya jumlah sel darah putih secara drastis sangat berbahaya. Sel darah putih bertanggungjawab untuk melawan infeksi. Jumlah sel darah putih yang rendah berarti sistem kekebalan tubuh tidak sekuat yang seharusnya, dan terjadi peningkatan risiko infeksi yang bisa berakibat penghentian kemoterapi.

Baca lanjutannya: Terapi untuk Penderita Kanker Payudara (4)