Hidup Sehat dengan Akal Sehat (1)

Hidup Sehat dengan Akal Sehat

BIBLIOTIKA - Saya terkadang miris melihat anak-anak remaja yang sudah tidak bisa mengendalikan berat badannya. Memang ada orang-orang tertentu yang ‘mau tidak mau’ harus bertubuh gemuk—biasanya karena faktor keturunan. Namun kegemukan juga sering kali (dan kebanyakan) diakibatkan pola makan dan makanan yang kita konsumsi. Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu kesukaan makanan pada saat ini adalah makanan cepat saji yang sering disebut junk food.

Mengapa disebut junk food? Karena memang makanan jenis itu sering kali hanya menjadi sampah dalam tubuh kita. Ia mungkin membantu merasa kenyang, namun sama sekali tak memberi kontribusi apa-apa bagi kesehatan. Fungsi makanan seperti itu hanyalah masuk ke mulut—mengenyangkan sesaat, kemudian keluar jadi kotoran—sisanya menjadi sampah dalam tubuh.

Ada gejala aneh pada masa sekarang ini. Pada masa sekarang, anak-anak berusia belasan tahun sudah nampak begitu dewasa—khususnya yang perempuan. Di televisi, saya melihat cewek-cewek yang seharusnya masih imut-imut telah menjadi sosok-sosok yang dewasa. Tentu saja itu bukan karena pengaruh make up semata-mata, namun juga mencerminkan gaya hidup serta pola makan mereka. Dan anehnya, kebanyakan orang justru kagum ketika menyaksikan hal itu. Mereka kagum ketika melihat seseorang yang berusia 15 tahun tapi tampak berumur 25 tahun. Apakah ini tidak aneh? Jujur saja, saya lebih bangga tampak awet muda daripada tampak sepuluh tahun lebih tua!

Salah satu problem orang-orang yang hidup pada masa kini (khususnya yang perempuan) adalah soal berat badan. Rasanya, para perempuan zaman dulu lebih mudah mengendalikan berat badan dibanding para perempuan masa sekarang. Mengapa? Karena pada zaman dulu belum ada fast food, belum ada es krim, belum ada hamburger, juga tentu belum ada pizza!

Tetapi yang membuat orang-orang pada masa kini kesulitan mengendalikan berat badan juga bukan semata-mata karena makanan itu tadi. Karena terbukti ada orang-orang yang sama sekali tak pernah menyentuh makanan-makanan itu, namun tetap saja tubuhnya terus melar—setidaknya, perutnya makin gendut.

Ini bukannya olok-olok untuk kamu yang kebetulan bertubuh gemuk, lho—pemaparan ini lebih dimaksudkan sebagai upaya kita untuk menjaga kesehatan. Dan sebagaimana yang juga kamu tahu, tubuh yang ramping tentu lebih sehat dibanding tubuh yang (terlalu) gemuk. Kegemukan lebih sering mengundang berbagai penyakit dibanding tubuh yang tidak gemuk.

Nah, masalah kesehatan ini tentunya masalah yang amat luas cakupannya, karenanya saya akan membatasi pemaparan ini hanya pada pola makan yang sehat—sesuatu yang tentunya kita lakukan setiap hari. Setiap hari kamu makan, tho?

Apakah kamu suka makan? Saya juga suka!

Ada beberapa rahasia menyangkut makan yang sangat jarang diketahui orang—namun rahasia ini akan menentukan apakah makan kita membuat sehat atau justru menjadikan kita sakit.

Pernahkah kamu merasa lelah ketika bangun pagi, meskipun sudah tidur selama tujuh atau delapan jam tadi malam? Tahu mengapa? Seharusnya, tidur yang kamu lakukan menjadi saat istirahat yang membuang seluruh keletihan dalam tubuh—namun mengapa keletihan dan kelelahan masih terasa sewaktu bangun tidur?

Jawabannya adalah, karena selama kamu tidur, tubuhmu bekerja lembur untuk mencerna ‘kombinasi makanan’ yang tidak sesuai, yang telah kamu makan—yang telah kamu masukkan ke dalam lambungmu.

Bagi banyak orang, pencernaan membutuhkan lebih banyak energi syaraf daripada lainnya. Kalau makanan dikombinasikan dengan tidak benar dalam saluran pencernaan, maka waktu pencernaannya menjadi sangat lama—bisa delapan jam, sembilan jam, sebelas jam, dua belas jam, bahkan kadang sampai empat belas jam lebih. Tetapi kalau makanan yang kita makan dikombinasikan dengan benar, tubuh mampu melakukan tugasnya dengan efektif, dan pencernaan rata-rata berlangsung hanya selama tiga sampai empat jam, sehingga kita tidak kehabisan energi akibat pencernaan.

Apa sesungguhnya yang disebut ‘kombinasi makanan’?

Beberapa makanan tidak boleh dimakan secara bersamaan dengan lainnya, karena berbagai makanan yang berlainan membutuhkan getah pencernaan/enzim yang berbeda, dan tidak semua getah pencernaan dalam tubuh kita saling cocok.

Contohnya, apakah kamu makan daging dan kentang secara bersamaan? Nah, pasti langsung terbayang di benakmu tentang sebuah fast food kesukaanmu, kan? Atau, apakah kamu makan keju dengan roti? Sekali lagi ada fast food lain yang menari-nari di matamu. Atau susu dengan gandum—roti?

Semua kombinasi dalam contoh-contoh di atas itu benar-benar menghancurkan sistem dalam tubuh dan menghilangkan energi. Kombinasi makanan itu menghancurkan dan menjadikan energi dalam tubuh kita terhambur sia-sia hanya untuk melakukan pencernaan di dalam tubuh kita.

Berbagai makanan dicerna secara berbeda. Makanan yang mengandung pati (semisal beras, roti, kentang) membutuhkan perantara pencernaan yang bersifat alkali/basa—yang ditimbulkan pertama kali di dalam mulut oleh enzim ptyalin. Sedangkan makanan yang mengandung protein (semisal daging, susu, kelapa, biji-bijian) membutuhkan perantara pencernaan yang bersifat asam, yaitu asam hidroklorit dan pepsin.

Nah, merupakan kaidah kimiawi, bahwa dua zat yang berlawanan (asam dan basa seperti disebutkan di atas) tidak dapat bekerja secara bersamaan. Keduanya saling menetralkan. Kalau kamu makan sesuatu yang mengandung pati dan protein secara bersamaan, maka pencernaan akan terganggu atau macet total, dan makanan tidak berhasil dicerna. Nah, makanan yang tidak bisa dicerna itu akan menjadi lahan bagi bakteri—yang meragi dan menguraikannya—yang berakibat meningkatkan kekacauan pencernaan dan memicu gas kembung.

Kombinasi makanan yang tidak sesuai akan merampas energi fisikmu, dan apa pun yang menyebabkan hilangnya energi akan menimbulkan penyakit, akan menimbulkan asam berlebihan, yang menyebabkan pengentalan darah hingga mengalir lebih lambat ke seluruh sistem tubuh, serta melenyapkan oksigen dalam tubuh.

Baca lanjutannya: Hidup Sehat dengan Akal Sehat (2)