Cara Inmasrat Menguak Misteri Hilangnya Pesawat

Cara Inmasrat Menguak Misteri Hilangnya Pesawat

BIBLIOTIKA - Misteri kasus hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 sudah terungkap, dan pihak yang memiliki peran penting dalam hal itu adalah Inmarsat, sebuah perusahaan satelit asal Inggris. Bahwa pesawat tersebut ternyata jatuh ke Samudera Hindia, tenggelam dan lenyap di bawah laut, sehingga tidak meninggalkan bekas puing atau bangkai pesawat.

Perdana Menteri Malaysia juga telah menegaskan kenyataan tersebut dalam pengumuman yang ia berikan secara terbuka untuk publik, sekaligus menegaskan bahwa seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 239 orang dinyatakan tewas.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana Inmarsat bisa menguak hilangnya pesawat MH370, dan bisa menentukan lokasi hilangnya pesawat tersebut? Pertanyaan itu layak diajukan, karena sebelumnya telah ada puluhan negara yang juga telah mengerahkan banyak daya untuk membantu pencarian pesawat yang hilang tersebut, dan mereka tak pernah berhasil menemukan.

Sebenarnya, Inmarsat sudah terlibat dalam pencarian pesawat MH370, sejak maskapai penerbangan Malaysia itu dinyatakan hilang dari radar pada 8 Maret 2014. Pada waktu pesawat dinyatakan hilang, seluruh sistem utama pesawat itu mati, sebagaimana yang sebelumnya dilaporkan tim penyelidik. Namun, ternyata, salah satu satelit Inmarsat terus merekam sinyal “ping” dari salah satu terminal pesawat tersebut. Sinyal itu normalnya digunakan untuk mensinkronkan informasi waktu pada sistem pesawat.

Dengan melakukan analisis terhadap sinyal-sinyal ping yang terekam, Inmarsat bisa melacak jejak MH370, setidaknya selama lima jam setelah pesawat itu meninggalkan wilayah udara Malaysia. Mereka juga bisa memprediksi kemungkinan MH370 terbang melalui dua koridor udara, ke utara dan ke selatan.

Chris McLaughlin, wakil presiden senior Inmarsat untuk urusan eksternal, menjelaskan, “Kami memantau efek Doppler, yaitu perubahan frekuensi akibat pergerakan satelit pada orbitnya. Hal itu memberi kami jalur yang telah diprediksi, yakni melewai rute utara dan rute ke selatan.”

Informasi itu sebenarnya telah diberikan kepada pemerintah Malaysia pada 12 Maret. Tetapi, pemerintah Malaysia baru mengumumkannya pada 15 Maret, dan mengubah fokus pencarian berdasarkan informasi tersebut.

Sementara itu, para ilmuwan di Inmarsat terus melakukan analisis, memanfaatkan data ping dan data-data dari efek Doppler yang terus diperoleh. Mereka membandingkan model itu dengan arah pesawat-pesawat lain yang melewati rute yang sama. Hasilnya, mereka berhasil mengembangkan pola yang cocok antara prediksi Inmarsat dengan rute pesawat-pesawat lain yang melewati koridor udara selatan.

“Kami akhirnya bisa memastikan bahwa pesawat itu, tidak diragukan lagi, telah mengambil rute selatan,” jelas McLaughlin.

Data-data ping dari satelit, yang dipadukan dengan perkiraan kecepatan pesawat, kemudian menjadi dasar bagi Australia dan badan keamanan transportasi nasional Amerika Serikat untuk memfokuskan pencarian ke selatan Samudera Hindia pada 18 Maret. Berkat data itu, mereka bisa mengurangi luas wilayah pencarian di koridor selatan hingga hanya 3 persen.

McLaughlin menjelaskan, “Kami berhasil menentukan lokasi asal ping terakhir, dan kami tahu bahwa pesawat itu pasti telah kehabisan bahan bakar sebelum mengirim ping terakhir. Tetapi kami tidak tahu pasti kecepatan terbang pesawat itu. Kami mengasumsikan pesawat itu terbang dengan kecepatan 450 knot.”

Lebih lanjut, ia juga menegaskan, “Kami tidak bisa tahu kapan tepatnya bahan bakar pesawat itu habis, kami tidak bisa tahu apakah pesawat itu terjun (ke laut) atau melayang, dan kami tidak tahu apakah di saat-saat terakhirnya pesawat itu terbang lebih pelan karena terbungkus asap.”

Yang jelas, setelah melakukan pencarian hingga cukup lama, mereka akhirnya menemukan bahwa pesawat yang hilang misterius itu ternyata jatuh ke Samudera Hindia. Bangkai pesawatnya teronggok di kedalaman laut sana.