Cara Hacker Menyebarkan Malware, dan Tips Menghindari Kejahatan Cyber

Cara Hacker Menyebarkan Malware, dan Tips Menghindari Kejahatan Cyber

BIBLIOTIKA - Di antara banyaknya cara-cara yang digunakan hacker dalam menyebarkan malware buatannya, salah satu caranya adalah menumpang isu-isu yang sedang hangat di tengah masyarakat. Ketika isu flu babi menjadi isu panas, misalnya, para hacker pun menggunakan isu itu untuk menyebarkan malware ciptaannya dengan tujuan menjangkiti komputer di dunia.

Symantec Security Response mendeteksi keterlibatan pembuat program jahat (malware) dan para pembuat spam dengan memanfaatkan flu babi demi menjebak para pengguna internet. Hal ini menunjukkan adanya salah satu upaya hacker untuk memanfaatkan kejadian yang sedang hangat sebagai pancingan dalam menyebarkan malware mereka. Salah satunya adalah melalui sebuah dokumen Adobe PDF berbahaya bernama “Swine influenza frequently asked questions.pdf”.

Ketika orang mencoba mengakses file PDF tersebut, maka kode berbahaya dalam file PDF tersebut akan berusaha mengeksploitasi celah keamanan yang terdapat di dalam program komputer untuk menyebarkan malware dalam komputer orang tersebut.

Symantec juga mendeteksi file PDF berbahaya tersebut sebagai “Bloodhound.Exploit.6”. File berbahaya yang terkandung di dalam PDF tersebut juga dikenal sebagai “InfoStealer”.

Jadi, dalam hal ini, yang dilakukan oleh para hacker adalah menyebarkan file-file dalam format PDF dengan menggunakan isu-isu hangat sebagai judul atau nama file-nya. Karena isunya sedang hangat dibicarakan, maka para pengguna internet pun kemungkinan besar akan tergoda ketika menemukan file itu di internet dan kemudian men-download-nya.

Ketika kemudian file PDF itu dibuka di komputernya, maka kode-kode malware yang tersimpan di dalam file itu pun akan mulai menyebar dan menjangkiti komputer orang tersebut.

Karenanya, demi keselamatan komputernya, pengguna komputer harus selalu waspada dengan file-file yang bertebaran di internet, dan tidak mudah tergoda jika file-file itu berada di situs-situs yang mencurigakan atau kurang terpercaya.


Menghindari kejahatan di internet

Berdasarkan laporan tahunan State of The Net yang dibuat oleh Consumer Report, majalah pemerhati konsumen di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa kerugian yang dialami oleh para pengguna internet mencapai US$ 8,5 miliar (sekitar Rp 7,7 triliun) selama dua tahun belakangan. Penyebabnya antara lain adalah karena virus, spyware dan phishing. Laporan itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Consumer Report National Research Center yang melibatkan 2.071 responden online.

Data lain dalam laporan itu juga menyebutkan, bahwa satu dari enam pengguna kemungkinan akan menjadi korban kejahatan cyber. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sekitar 19% responden mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai program antivirus di komputernya. Sedangkan 75% lainnya tidak mempunyai anti-phishing.

Merujuk pada hasil penelitian tersebut, setidaknya ada tujuh kesalahan pengguna internet sehingga menyebabkan mereka menjadi korban kejahatan internet. Tujuh kesalahan umum itu adalah sebagai berikut:
  1. Tidak rajin meng-update software antivirus yang mereka miliki.
  2. Meng-klik link pada e-mail untuk mengakses situs perbankan atau keuangan.
  3. Menggunakan satu password pada semua account.
  4. Men-download software gratisan.
  5. Menganggap Macintosh lebih aman dari Windows.
  6. Meng-klik iklan yang menakut-nakuti pengguna alias ‘scareware‘.
  7. Belanja online tanpa tindakan pencegahan secara ekstra.

Setelah melihat tujuh kesalahan umum yang telah disebutkan di atas, maka kita pun setidaknya bisa menjauhkan dan menghindarkan diri dari kemungkinan menjadi korban kejahatan cyber, dengan tidak melakukan hal-hal di atas, atau jika terpaksa melakukannya, maka dilakukan dengan esktra hati-hati.